DEMOKRASI.CO.ID - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PS), Grace Natalie singgung soal potensi demo apabila eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menangi Pilpres 2024.
Hal tersebut dikarenakan dua ormas terlarang, yakni FPI dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) diprediksi akan melakukan demo besar.
Mendengar hal tersebut, Refly Harun membantah pernyataan dari Grace tersebut. Ia mengatakan justru dua ormas tersebut merupakan korban.
"FPI dan HTI itu justru menjadi korban politik otoriter pemerintahan Presiden Jokowi," ucap Refly, dalam tayangan video di kanal YouTube miliknya, dilihat Populis.id, pada Jumat (10/2).
"Tidak ada kesalahan apa-apa kok dibubarkan. Tapi, kelompoknya Grace mengatakan itu sebagai tindakan yang tepat," lanjutnya.
"Kalau orang seperti Grace misalnya tidak begitu suka dengan kelompok Islam, ya jangan menyamakan orang yang katakanlah dekat dengan kalangan Islam itu sebagai orang yang radikal," ucapnya.
"Kalau Indonesia ini radikal, sudah lama dideklarasikan sebagai Negara Islam. Karena 80 persen kita Islam. Tetapi mayoritas masyarakat Indonesia ini sangat moderat," katanya.
"Bagaimana mungkin? Saya selalu akan membela yang dihukum tidak dengan due process of law apapun aliran politiknya," ucapnya
"Jangan lupa, selain HTI dan FPI ada juga kelompok kiri yang sangat radikal. Kalau mereka dihukum tidak melalui due process of law, ya tetap kita harus protes juga," tutup Refly Harun.[populis]