DEMOKRASI.CO.ID - PDI Perjuangan rupanya terganggu dengan sejumlah sebutan yang sempat muncul di Pilpres 2019. Sebutan tersebut, seperti 'cebong' dan 'kampret' dimana sebutan itu dipakai untuk mengakatagorikan individu berdasarkan calon presiden yang didukung dalam Pemilu lalu.
PDIP menegaskan tak ingin dua istilah tersebut kembali muncul. Terlebih lagi, pengelompokan 'cebong' dan 'kampret' berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
"(Istilah cebong kampret) itu kita hindarkan. Ini yang harus kita minimalisir baik itu di sosial media," tegas politisi PDIP Masinton Pasaribu di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Jumat (17/2/2023).
"Kita (PDIP) tidak ingin lagi itu ada (istilah) cebong kampret (seperti Pemilu 2019) di dalam dunia nyata karena akan berdampak pada perpecahan," sambungnya.
Maka dari itu, Masinton mengajak seluruh pihak yang ada di dunia politik untuk berpartisipasi dalam menjaga situasi kondusif pada Pemilu mendatang. Salah satunya, mengutamakan politik yang mencerdaskan masyarakat.
"Ini yang harus kita jaga. Teman-teman partai politik pasti punya tanggung jawab untuk menjaga kohesi sosial dan kohesi politik di Indonesia ini. Suasananya biar (Pemilu) kondusif," ungkapnya.
Tak hanya itu, anak buah Megawati Soekarnoputri itu mengatakan pentingnya pendidikan politik untuk masyarakat. Ia menilai, pendidikan politik bertujuan agar rakyat tak terjebak dalam polarisasi di Pilpres 2024.
"Kita harus politiknya, politik yang lebih konsepsional, sehingga perdebatannya mengajak kita pada pendidikan politik mencerdaskan dan tidak ada lagi fitnah," pungkas Masinton.[populis]