DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Jokowi Mania (JoMan), Immanuel Ebenezer, mengungkap soal alasan pembubaran Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) yang dibentuk olehnya untuk mendukung Gubernur Jawa Tengah itu maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Saat hadir dalam podcast Akbar Faizal, pria yang akrab disapa Noel itu menyebut dirinya mendukung Ganjar di tengah mencuatnya isu tiga periode yang digaungkan para relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, dalam dua tahun ini, ia mengaku justru melihat Ganjar Pranowo sebagai sosok yang minim gagasan dan tidak memiliki loyalitas dua arah. Ia bahkan blak-blakan menyebut orang nomor satu di Jawa Tengah itu beda jauh dengan Jokowi.
Dengan membentuk GP Mania dan kemudian membubarkannya, Akbar Faizal sendiri seolah heran dan bertanya-tanya apakah Noel dan rekan-rekannya tidak menyadari dari awal kalau memang Ganjar tidak memiliki gagasan yang dimaksudnya itu.
Akbar Faizal pun bertanya, “Kenapa membuat relawan dan tiba-tiba membubarkannya?”
“Ya gini, karena kita yang memulai, jawabannya kita yang harus mengakhiri,” jawab Noel dikutip Populis.id dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored yang diunggah pada Rabu (8/2/2023).
Selain tidak memiliki gagasan, Noel juga merasa Ganjar tidak memiliki nyali atau keberanian dalam menanggapi sebuah gagasan seperti menolak tiga periode, penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan, dan sebagainya.
Noel menyampaikan, “Gagasan tidak ada. Kemudian Ganjar sosok yang tidak punya nyali, enggak ada keberanian. Kita butuh pemimpin yang punya nyali ya dalam keberpihakan, dalam sebuah kebijakan, dalam sebuah gagasan, dan segalanya, dan Ganjar tidak punya apa-apa.”
Saat ditanya soal gagasan apa yang dimaksud, ia menjelaskan, “Soal bagaimana membangun Indonesia lebih baik ke depan tanpa adanya yang namanya polarisasi, kan itu gagasan. Kemudian tentang Indonesia yang lebih kuat dalam menjaga demokrasi.”
“Misalnya kayak tolak tiga periode, tolak gagasan yang namanya perpanjangan, tolak yang namanya penundaan pemilu. (Ganjar) Enggak punya keberanian sikap politik kayak begitu, sikap ideologis menurut kami lah,” sambungnya.
Noel kemudian mengatakan dirinya tak ingin demokrasi dilemahkan dengan narasi yang bergulir dan mendukung pemimpin yang hanya menang secara popularitas.
Ia menjelaskan, “Sebetulnya itu tidak masalah apalagi partainya Mas Ganjar, PDIP, tegak secara konstitusi jelas (dengan) menolak tiga periode, menolak perpanjangan, menolak penundaan pemilu. Nah Ganjar tidak punya kemampuan dalam menyampaikan atau penolakan terhadap gagasan-gagasan liar ini. Kita tidak mau 2024 nanti, demokrasi itu dilemahkan dengan narasi-narasi yang bergulir kemarin.”
“2024 nanti kita berharap penguatan demokrasi itu dilahirkan oleh tokoh-tokoh muda dengan gagasan-gagasan yang cemerlang, bukan dengan ya hari ini yang terjadi, cuma menang karena popularitas, kemudian dilahirkan dari beberapa lembaga survei karena elektabilitas. Nah kita tidak mau, kita mau ada gagasan besar,” tandasnya.
Akbar Faizal pun bertanya lagi apakah tidak terlalu dini untuk Ganjar menyampaikan gagasan tersebut. Apalagi ia belum diusung oleh partai politik mana pun sebagai calon presiden (capres).
“Oke dia tidak capres, tapi dia kader bangsa, dia sebagai anggaplah kandidat walaupun secara politik partainya belum mengusung, apalagi coba mendukung. Tapi dia (harusnya) punya keberanian untuk menyampaikan gagasan itu,” pungkas Noel.
Noel kemudian memberikan contoh kasus pembunuhan Brigadir J dan kecelakaan mahasiswa UI di mana Ganjar atau elit lainnya tidak menyampaikan keberpihakan mereka dalam penegakan hukum.
“Para elit kita yang hari ini yang Bung Akbar bilang para idol ini, para pedagang ini, coba dong ada keberpihakannya soal penegakan hukum. Jadi bukan soal slogan, tapi ada sebuah keberpihakan nyata. Bukan cuma soal miskin gagasan, tapi juga miskin keberpihakan,” imbuh Noel.
Selain itu, ia juga menyinggung Ganjar yang hanya menikmati narasi yang diciptakan olehnya. Noel menuturkan, “Soal dia didukung oleh partai atau tidak didukung oleh partai itu urusan teknis. Nah kita mau bicara tentang substansi kan. Soal gagasan ke depan, soal bagaimana 2024. Jadi ada sebuah tawaran gagasan yang bisa menjadi piihan kita. Nah itu tidak kita temukan di Ganjar.”
“Ganjar hanya bisa menikmati narasi-narasi yang dia ciptakan aja. Dia makan bakso sendiri, difoto dari jarak jauh. Kemudian berlari sehat sendirian. Kalau pemimpin yang baik kan bukan sendirian. Dia harus ramai-ramai dengan rakyatnya. Kalau dia mau sehat, bukan makan sendirian, dia harus sehat dengan rakyatnya juga,” tambahnya.[populis]