DEMOKRASI.CO.ID - Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie menilai bakal calon presiden Anies Baswedan akan menjadi bulan-bulanan buzzer pasca mendapat dukungan dari Partai Ummat dengan cara-cara politik identitas.
Pasalnya, strategi kampanye yang akan dimainkan Partai Ummat ini berbeda dengan sejumlah partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan yang sudah menyatakan dukungan kepada Anies lebih dulu.
"Saya kira jargon dan platform PKS-Demokrat dan NasDem tak mengusung politik identitas. Jadi ini bakal jadi bulan-bulanan buzzer dan netizen akan menggoreng isu ini," kata Jerry saat dikonfirmasi, Jumat (17/2/2023).
Jerry berpendapat, dukungan Partai Ummat ini bukan menguntungkan tapi justru akan merugikan. Karena Anies berpotensi mendapat penolakan dari masyarakat ketika namanya diseret-seret dalam politik identitas.
"Partai Ummat juga belum tentu lolos PT 4 persen partai jadi kalau hanya sekadar mendukung bagi saya biasa. Bisa saja Amien Rais dan partai menjadi penghalang Anies Baswedan," tukasnya.
Jerry mencurigai, dukungan Partai Ummat ini hanya sebuah sandiwara yang sengaja dimainkan. Apalagi, partai besutan Amien Rais itu dinilai terkenal dengan gaya politik yang mendukung kesana kemari.
"Gaya politik Amien Rais yakni snake political atau politik ular. Waktu lalu juga tiba-tiba dia mendukung Jokowi aneh. Padahal dia oposisi. Jangan-jangan ini bagian telenovela politik Anies," pungkasnya.
Sebelumnya, Partai Ummat menyatakan siap mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024. Namun disisi lain, Ketua Umum Partai Ummat, Ridho Rahmadi tak segan-segan mengakui bahwa pihaknya menjadi bagian dari politik identitas. Hal itu ia sampaikan sebagai upaya melawan narasi menyesatkan mengenai politik identitas.
"Partai Ummat secara khusus akan melawan dengan cara yang beradab dan elegan, narasi latah yang kosong dan menyesatkan, yaitu Politik Identitas. Kita akan secara lantang mengatakan, ya kami Partai Ummat, dan kami adalah Politik Identitas," ujar Ridho, Senin (13/2/2023).
Ridho mengatakan bahwa tanpa didasari nilai-nilai agama, politik akan kehilangan arah. Beredarnya narasi-narasi menyesatkan itu, ia menduga ada upaya jahat yang memang sengaja ingin memisahkan politik dengan agama.
"Kita akan jelaskan, tanpa moralitas agama, politik akan kehilangan arah dan terjebak dalam moralitas yang relatif dan etika yang situasional. Ini adalah proyek besar sekularisme, yang menghendaki agama dipisah dari semua sendi kehidupan, termasuk politik," ujarnya.
Oleh sebab itu, Ridho berani menyimpulkan bahwa politik identitas adalah politik yang tidak berlawanan dengan nilai-nilai Pancasila.
"Dengan demikian perlu dipahami, bahwa sesungguhnya, justru politik identitas adalah politik yang Pancasilais," tukasnya.[populis]