DEMOKRASI.CO.ID - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan menggelar Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-50 di JIExpo Kemayoran Jakarta pada Selasa besok, 10 Januari 2023. JIEXPO merupakan salah satu pusat konvensi dan eksebisi terbesar di Jakarta. Pemiliknya adalah Murdaya Poo, kader PDIP yang dipecat pada 2009.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan pada awalnya, pelaksanaan HUT Ke-50 PDIP akan digelar di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan Jakarta yang memiliki kesejarahan sangat kuat dengan partai.
“Namun, karena ada ketentuan dari Menpora, bahwa Stadion Utama Gelora Bung Karno akan dipersiapkan untuk FIFA, maka acara dipindahkan,” katanya.
Menurut Hasto, tema HUT Ke-50 Partai kali ini adalah “Genggam Tangan Persatuan dengan Jiwa Gotong Royong dan Semangat Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam' dengan Subtema: 'Persatuan Indonesia untuk Indonesia Raya”.
Peringatan HUT Ke-50 PDIP akan menjadi bagian konsolidasi partai untuk pemenangan Pemilu 2024 sehingga sifatnya lebih ke internal guna memperkuat jati diri PDI Perjuangan sebagai partai ideologi Pancasila dengan ciri kerakyatan, kebangsaan, dan keadilan sosial.
Murdaya Poo Pengagum Bung Karno
Murdaya Widyawimarta Poo atau biasa dipanggil Murdaya Poo merupakan pendiri sekaligus pemilik Jakarta International Expo (JIEXPO) di Kemayoran, Jakarta. Murdaya juga memiliki hampir setengah kepemilikan dari pengembang properti PT Metropolitan Kentjana Tbk, yang merupakan pengembangan kawasan pemukiman mewah, Pondok Indah.
Bahkan pada 2019, Forbes mencatat namanya ke dalam orang terkaya peringkat 1605 di dunia dan termasuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada 2018.
Pria kelahiran Blitar, 12 Januari 1946, itu juga aktif di dunia politik. Murdaya sempat menjadi anggota legislatif dan terdaftar sebagai anggota legislatif DPR dari partai PDIP pada periode 2004 hingga 2009. Sebelum menjadi anggota legislatif, Murdaya pernah menduduki posisi bendahara dan pimpinan cabang PDIP.
Namun pada Desember 2009, Murdaya Poo dipecat dari keanggotaan PDIP. Selain dipecat sebagai anggota, Murdaya juga dibebastugaskan dari posisinya di DPP PDIP.
Kala itu, Sekretaris Jenderal PDIP Pramono Anung mengatakan pemecatan Murdaya disebabkan dirinya tidak loyal pada partai. Indikasinya, kata Pram, Murdaya tidak memberi dukungan pada Megawati saat Pilpres 2009. "Dia memberi dukungan pada calon lain," kata Pram.
Setelah dipecat dari keanggotaan PDIP, Murdaya Poo istirahat dari aktivitas politik. Suami Siti Hartati Murdaya ini akan berfokus pada aktivitas bisnis.
“Bapak Poo tidak menyesal dipecat dari partai," kata Hartati mengenai pemecatan suaminya, seperti dikutip Tempo. Menurut dia, momentum pemecatan itu bisa dilakukan untuk istirahat bagi suaminya.
Murdaya, kata Hartati, tidak akan berpindah partai, seperti ke Partai Demokrat. "Bapak Poo orang yang teguh pendirian. Dia berpolitik bukan untuk uang atau posisi," kata Hartarti. Karena itu Murdaya dipastikan tidak akan berpindah partai setelah dipecat PDIP.
Apalagi, lanjut Hartarti, Murdaya sejak masih mahasiswa sudah menjadi seorang aktivis Marhaenis. Dia pengagum Bung Karno dan terpikat dengan ideologi yang diperkenalkan Bapak Proklamator itu. Dengan demikian, kata Hartarti, tidak mudah bagi Murdaya untuk berpindah ke partai lain.
Walaupun bisa menerima pemecatan dari PDIP, Murdaya, seperti diungkapkan Hartarti, tidak terima bila dikatakan tidak loyal pada PDIP. Murdaya menganggap pemecatan itu lebih disebabkan adanya orang yang tidak senang kepadanya dan ingin mencari muka ke Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.[tempo]