DEMOKRASI.CO.ID - Ketua DPR, Puan Maharani, menyampaikan curhatannya soal betapa sulit menjadi perempuan di Indonesia, terlebih sebagai seorang pemimpin. Hal itu disampaikan olehnya saat hadir dalam sebuah acara di salah satu televisi di Indonesia baru-baru ini.
Awalnya, Puan sempat disinggung soal alasannya menangis saat dirinya memberikan sambutan usai mendapat gelar Doktor Honoris Causa di Busan, pada November 2022 lalu.
Mendengar pertanyaan itu, Puan pun menyebut betapa beratnya menjadi perempuan di Indonesia. Ia mengaku jabatan yang didapatkannya sebagai Menko PMK hingga kini Ketua DPR tidak mudah.
“Ternyata berat jadi perempuan di Indonesia, nggak semudah yang dibayangkan. Wah bahwa bisa jadi Menko PMK, jadi ketua DPR untuk mencapai kesitu ternyata nggak segampang itu,” ucapnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube KOMPASTV yang diunggah pada Kamis (12/1/2023).
Puan sendiri merasa alasannya sering dihujat saat menjadi pemimpin dalam bidang apa pun adalah karena dirinya perempuan. Pasalnya, meski sudah bekerja dan berusaha semaksimal mungkin, banyak yang tetap menilai apa yang dilakukannya salah.
Ia menjelaskan, “Itu kan bukan suatu hal yang mudah sebenarnya kalau kita mau cerna sebagai seorang manusia, kok udah berusaha kerja sebaik-baiknya, berusaha kerja yang semampunya tapi kok kemudian tetap salah terus kan.”
“Itu beban batin juga ya saya sampai mikir, kenapa ya kayak gini terus. Apa karena saya perempuan ya. Tapi saya ngerasa kayaknya iya juga sih kayaknya, apakah kemudian di Indonesia itu belum siap ya menerima seorang perempuan itu untuk maju jadi seorang pemimpin, ya di mana pun posisinya,” sambungnya.
Puan kemudian mengungkap kalau saat menangis dalam sambutannya itu, ia tengah menceritakan dua sayap burung yang mengartikan bahwa seharusnya laki-laki dan perempuan bisa seiring sejalan.
Selain itu, ia juga menceritakan soal ajaran ibunya, Megawati Soekarnoputri, terkait perjuangan. Puan sendiri mengungkap dirinya harus bekerja dua kali lipat dari laki-laki untuk membuktikan kemampuannya.
“Ibu Mega juga selalu mengajarkan ‘ini perjuangan kamu dan mama. Itu adalah perjuangan bukan buat kita berdua aja Puan tapi buat perempuan-perempuan Indonesia’. Bayangkan kalau, saya ngebayangin aduh perempuan yang lain kayak gimana ya itu,” kata Puan mulai terisak.
Ia menambahkan, “Makanya saya perempuan itu harus kerjanya itu dua kali lipat untuk bisa membuktikan bahwa dirinya mampu, dirinya bisa, dirinya punya kapasitas, dirinya punya kapabilitas.”
Meski memiliki jabatan yang mentereng, ia menegaskan kalau perempuan tetap tidak boleh melupakan kodratnya sebagai istri maupun ibu.
“Saya selalu juga mengatakan, kita juga enggak boleh lupa sebagai kodrat kita sebagai seorang perempuan. Kita bisa jadi seorang istri kita, bisa menjadi seorang ibu,” pungkasnya.
“Tapi ya kalau bicara gender, jangan kemudian dianggap perempuan itu karena seorang perempuan tidak mampu,” lanjut Puan.[populis]