DEMOKRASI.CO.ID - Kisah Tiko dan ibunya, Eny seketika, menjadi perbincangan hangat publik.
Dari kisah seorang anak yang merawat sang ibunya itu, tiba-tiba banyak orang yang terinspirasi oleh ketegaran Tiko dalam baktinya merawat sang ibu seorang diri.
Pemuda berusia 23 tahun itu rela putus sekolah di usianya yang masih belasan tahun kala itu.
Tiko putus sekolah saat dirinya akan menginjakkan kakinya di bangku SMP. Di saat, keluarganya Tiko dihantam badai ujian hidup.
Tepatnya 12 silam atau pada tahun 2010, sang Ibu Eny ditinggal oleh suaminya.
Dengan waktu yang bersamaan pula, usaha atau bisnis yang digeluti oleh sang ayah satu persatu mulai bangkrut.
Pada saat itulah, ujian hidup mulai melanda keluarga Tiko.
Akibat ujian yang bertubi-tubi itulah, sang ibu mulai mengalami depresi.
“Kurang lebih 12 tahunan sih, dari tahun 2010 kan papah pergi udah hampir 12 tahun,” kata Tiko saat ditemui awak media di kediamannya di Jakarta Timur, Jumat (6/1/2022).
“Mamah sama Papah itu rekanan Departemen Keuangan gitu,” tuturnya.
Tiko yang dihadapkan dengan pilhan hidup yang serba sulit, terpaksa banting setir menjadi penjual gorelengan di kawasan komplek tempat keduanya tinggal.
Tiko yang dari keluarga kaya raya itu, juga tak malu menjual gorengan demi menafkahi orang tuanya sendiri.
“Sempat jualan gorengan di komplek demi menyambung kebutuhan ,” ujar Tiko.
Tapi Tiko tetap sabar merawat sang ibu. Bahkan dengan sabarnya merawat ibunya, Tiko rela diputus aliran listrik dan aliran airnya.
Alasannya karena kondisi keuangan yang tidak mencukupi.
Tiko tetap setia merawat ibunya meski segala kebutuhan mandi semuanya sudah dicabut dengan alasan ekonomi.
“Jadi air ngambil dari sebelah kan ada sanyo, ngambil se ember-se ember gitu. kalau untuk listrik gak ada, penenarangan pake lilin,” tutur Tiko.
Meski kondisi ekonomi tetap sulit, Tiko tetap menampakkan kebaktiannya kepada sang orang tua tercinta.
Bahkan dengan kondisi ekonomi Tiko yang serba sulit, ia tetap berusaha mencari nafkah untuk menghidupi sang ibu.
Hingga akhirnya Tiko memutuskan untuk bekerja menjadi satpam di perumahan tempat dia tinggal.
“Jadi aku ditawarin lingkungan Pak RT untuk jadi sekuriti setempat di sini,” tuturnya.
Tiko akhirnya rela melepaskan sang Ibu Eny dirawat ke RSJ setelah belasan tahun mengalami depresi tinggal di rumah mewahnya yang terbengkalai bersama Tiko.
Namun, sebelum Eny dirawat di RSJ, Tiko sempat mengungkap kecemasannya meski di sisi lain senang ibunya mendapat perawatan medis.[pojok satu]