DEMOKRASI.CO.ID - Pengamat Politik Ubeidillah Badrun menyebutkan bahwa sentilan Megawati Soekarnoputri memiliki makna politik yang dalam. Ia memaparkan, setidaknya ada tiga makna dari pernyataan Megawati ke Jokowi.
Pertama, Ubeidillah membongkar omongan Megawati memiliki makna penegasan bahwa Jokowi itu hanyalah petugas partai. Menurutnya, Megawati ingin menguatkan jika Jokowi ditugaskan partai untuk mengurusi negara melalui jabatan Presiden.
"Karena itu tidak mungkin Jokowi jadi Presiden pada 2014 dan 2019 jika tidak diusung PDIP," katanya saat dihubungi Populis.id pada Jumat (13/01/2023).
Makna kedua, Ia mengklaim pernyataan tersebut menunjukan semacam ekspresi sedikit kesalnya Megawati karena tidak sedikit perintah dan kritik Megawati yang tidak dihiraukan Jokowi. Misalnya Megawati menghendaki LBP direshufle tetapi sampai saat ini tidak dilakukan Jokowi.
"Contoh lain, Megawati sangat keras menolak wacana tiga periode atau penundaan pemilu tetapi Jokowi membiarkan relawanya mengkampanyekan tiga peeiode atau penundaan pemilu. Bagi Magawati itu adalah penghianatan pada konstitusi," paparnya.
Dan makna terakhir adalah adanya perselisihan antara Megawati dan Jokowi soal Pilpres 2024. Menurutnya, Megawati tidak setuju dengan Calon Presiden yang dijagokan Jokowi.
"Makna selanjutnya menunjukan bahwa Megawati tidak mendukung capres yang di endorse Jokowi. Sepertinya Megawati kecewa dengan Jokowi," pungkasnya.
Sebelumnya, Megawati menyentil Presiden Joko Widodo yang hadir di acara HUT PDIP ke 50. Ia berkelakar jika bukan karena PDIP, ia menyebut Jokowi tidak akan menjadi Presiden.
"Eh PDI Perjuangan galakan program stunting loh Pak. Mbok saya dikasih bintang toh yo. Pak Jokowi itu ngono loh yo. Mentang-mentang. Padahal lah iya, Pak Jokowi kalau ga ada PDIP aduh kasian dah. Loh legal formal loh. Beliau jadi presiden itu enggak ada," tukasnya.[populis]
