DEMOKRASI.CO.ID - Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu menyoroti soal pernyataan Menteri Pertanian terkait isu kenaikan harga mie instan.
Dia mempertanyakan alasan pemerintah sibuk ngurusin kenaikan harga itu yang menurutnya terkesan mendorong kenaikan harga.
Padahal jelas-jelas kata dia, itu adalah milik swasta.
“Kok pemerintah sibuk sekali ngurusin dan terkesan mendorong kenaikan harga mie instan pdhl jelas-jelas itu milik swasta.
Ada apa ?,” tulis Said Didu melalui akun twitternya, Selasa, (9/8/2022).
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo menyebut SYL hanya menyampaikan risiko kenaikan harga gandum.
“Kalau Pak @msaid_didu baca beritanya akan benderang, tidak ada pengumuman kenaikan dari pemerintah. Mentan hanya menyampaikan risiko kenaikan harga gandum akibat perang Rusia-Ukraina,” balas Yustinus.
Sebelumnya diberitakan, SYL mengingatkan 180 juta ton gandum tertimbun karena perang tersebut.
“Kita dihadapi perang Ukraina dan Rusia dimana disana tertimbun gandum 18 Juta ton, sekarang 180 juta ton. Nda bisa keluar. Jadi hati-hati yang makan mie banyak dari gandum, besok harganya tiga kali lipat itu,” ucapnya melalui Webinar Strategi Penerapan GAP Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Pangan Global, Senin, (8/8/2022).
Dia mengimbau agar para pecinta mie instan agar tidak perlu khawatir. Karena makanan di Indonesia masih jauh lebih banyak. Misalkan mengalihkannya dengan makan singkong hingga sagu.
“Maafkan saya, saya bicara ektrem aja ini. Ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget. Sementara kita import terus. Kalau saya ngga setuju. Makan aja singkong, sagu,” jelasnya.
Menurutnya, Indonesia perlu menghadapi tantangan-tantangan termasuk kebiasaan impor.
“Ini menghadapi juga tantangan-tantangan ini ngga kecil. Terutama di Kementan. Kita lawan yuk," tambahnya. (selfi/fajar)