DEMOKRASI.CO.ID - Dugaan kasus intoleran kembali terjadi di lembaga pendidikan. Belum juga usai kehebohan pemaksaan siswi untuk menggunakan atribut keagamaan diluar kehendaknya, kini kasus serupa terjadi lagi.
Kali ini terjadi di SMAN 58 Jakarta yang melarang muridnya memilih ketua OSIS nonmuslim pada 2022.
Dugaan intoleran ini heboh usai beredar tangkapan layar yang berisikan instruksi rasis oleh guru SMAN 58 Jakarta berinisial TS dalam sebuah grup WhatsApp dengan melarang siswa memilih ketua Osis non muslim.
Oknum guru tersebut belakangan telah diberi hukuman disiplin dan telah dimutasi.
Pegiat media sosial, Jhon Sitorus angkat suara soal peristiwa dugaan intoleran yang kembali terjadi di wilayah kekuasaan Anies Baswedan.
"Gubernurnya mungkin tak pernah MENGHIMBAU agar tak memilih ketua Osis yang bukan seiman," cuit Jhon di akun Twitternya @Miduk17, dilihat pada Kamis (11/8/2022).
Namun kata dia, yang dilakukan Anies pada Pilkada 2017 lalu ditambah dengan sikap diam sang gubernur terhadap intimidasi kelompok radikal seolah menginspirasi para guru-guru di Jakarta melakukan hal serupa.
"Tetapi, apa yang dilakukan di 2017 dan sikap DIAMnya terhadap INTIMIDASI kelompok RADIKAL menjadi TIRUAN bagi guru2 di Jakarta," ungkap Jhon.
Menurut Jhon, sikap Anies yang mendiamkan tingkah laku intoleran di DKI dinilai sebagai persetujuan akan merebaknya paham radikal.
"DIAM artinya SETUJU utk memberi TOLERANSI kpd paham RADIKAL," nilainya. (dra/fajar)