DEMOKRASI.CO.ID - Popularitas Anies R Baswedan sedang tinggi. Hanya, itu bukan jaminan bisa melenggang pada Pilpres 2024.
Memang, pada resepsi pernikahan putrinya, Mutiara Annisa Baswedan dengan Ali Saleh Alhuraebi, Sabtu, 30 Juli, bertabur tokoh nasional. Plus ketua umum parpol hingga figur capres-cawapres.
Meski begitu, dengan ambang batas dukungan suara parpol 20 persen pada pilpres nanti, Anies yang saat ini menjabat Gubernur DKI Jakarta, belum tentu bisa melangkah mulus. Banyak faktor yang memengaruhi selain popularitas-elektabilitas.
"Bisa saja dalam dinamika politik Indonesia yang susah ditebak, Anies justru tidak mendapatkan partai," urai analis Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Andi Ali Armunanto, malam tadi.
"Banjir" tokoh pada resepsi putrinya, bisa dibaca hanya sebagai penghargaan sebagai sesama pejabat negara atau sesama politisi. Sejauh ini, belum ada kesimpulan politik diambil dari peristiwa itu.
Terutama indikasi dalam menilai pola relasi politik Anies dengan politikus lainnya.
"Meskipun dengan modal popularitas dan elektabilitasnya dalam setiap survey Anies tentu akan banyak diincar oleh parpol," tutur lulusan magister Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Selain itu, Anies Baswedan merupakan salah satu calon presiden yang potensial untuk saat ini. Tentu banyak pihak yang ingin menunjukkan apresiasinya demi agenda politik 2024.
"Di sisi lain, Anies sebagai Gubernur DKI juga menjadi tokoh penting di ibu kota," tambah lulusan doktoral UGM ini.
Jika merujuk pada hasil survei, Anies memang sangat potensial. Dia salah satu tokoh yang selalu menduduki posisi puncak dalam mengukur elektabilitas.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa Anies tidak memiliki atau mengendalikan kendaraan politik. Dalam hal ini, tidak memiliki partai. Sehingga, untuk maju pada pilpres, perlu menggandeng partai untuk mencalonkannya.
Analis politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Firdaus mengatakan resepsi sejatinya hanya ajang silaturahmi walimah. Tetapi, dimensi politiknya menguat.
Signal bahwa Anies tetap memiliki magnet politik kuat dan harus dirawat selalu terlihat. Tak hanya pada pesta putrinya. Acara di luar partainya, biasanya bisa memecah kebekuan komunikasi.
Analis politik Unhas Sukri Tamma menuturkan dalam konteks politik, Anies memiliki magnet yang membuat tokoh politik mendekat. Dia dianggap memiliki popularitas dan peluang elektabilitas yang baik.
"Maka tentu para elite akan berupaya untuk mencoba mendekati," kata lulusan magister UGM ini.
Kalangan figur yang memeriahkan Pilpres 2024, sejak sekarang juga mesti menjaga citra silaturahmi. Mereka yang menarik diri dari kegiatan positif, menghindari bertemu dengan sesama tokoh, justru bisa terpojok.
"Bisa saja dianggap sejak awal sebagai suatu sikap penolakan atau ketidaksukaan pada Anies dalam kaitan dengan sikap politik. Partai politik tentu tidak ingin sejak awal untuk menunjukkan sikap konfrontatif karena segala potensi masih bisa terjadi," anggap lulusan doktoral UGM ini.
Analis politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Andi Luhur Prianto melihat Anies sebagai episentrum kekuasaan nasional. Posisinya sebagai Gubernur DKI Jakarta ikut menguatkan itu.
Perbedaan dan persamaan ikatan politik, biasanya melebur dalam kehangatan. Tokoh-tokoh politik di sekeliling Anies itu tidaklah hanya membawa interest politiknya saja.
"Bisa berkontribusi mencairkan suasana sosial politik yang mulai memanas," tambah pria kelahiran Parepare ini. (ams/zuk-dir/fajar)