DEMOKRASI.CO.ID - Pancasila sebagai ideologi yang mempersatukan Indonesia sejatinya tidak akan hidup tanpa mendapatkan "ruh" dari seluruh rakyatnya. Semangat rakyat untuk merdeka dari penjajahan, kemudian membuat Pancasila hidup.
“Sebagai ideologi pemersatu umat dan bangsa, maka kehadiran Pancasila tidak bisa dilepaskan dari semangat perjuangan rakyat membangun negeri tercinta ini,” ujar Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Ulin Nuril Islamil Qayyidi (UNIQ) Nusantara, Muhammad Abdul Ghufron Al Bantani al Jawi dalam keterangannya, Senin (1/8).
Cicit Syaikh Nawawi Al Bantani yang karib disapa Abah Ghufron ini mengatakan, antara suara rakyat dan Pancasila terdapat sebuah relasi kausal yang tidak bisa saling menegasikan atau memisahkan.
“Dilihat dari akar historisnya, kelahiran Pancasila merupakan bentuk kristalisasi atas falsafah hidup dan kearifan bangsa yang digali oleh para pendiri bangsa. Maka itu, memisahkan Pancasila dari suara rakyat adalah upaya mencabut isi dari cangkangnya,” tuturnya.
“Jadi suara rakyat itu ibarat ruhnya Pancasila. Mengabaikan suara rakyat dengan demikian sama artinya dengan membunuh Pancasila itu sendiri,” imbuhnya.
Hanya saja, kata dia, belakangan eksistensi Pancasila tak ubahnya tengah berjuang di antara goncangan. Yakni, kondisi di mana ada pihak-pihak tertentu yang berusaha melenyapkan semangat persatuan dalam Pancasila.
“Untuk itu, jangan sampai negeri ini jadi hancur berantakan akibat ulah segelintir pihak yang terus mencoba menggerogoti nafas persatuan dan kesatuan bangsa, maka semua elemen harus punya rasa tanggung jawab yang sama dalam menjaga ruh Pancasila ini,” katanya.
Abah Ghufron pun menitipkan pesan, utamanya menjelang Pemiku Serentak 2024 agar siapapun yang ingin berlaga menjadi calon pemimpin supaya memastikan telah memahami makna-makna dan sanggung memberikan nafas pada eksistensi Pancasila.
"Maka itu, siapapun pemimpin akan datang harus paham tentang Pancasila dan ruh yang menghidupinya. Tanpa pemahaman yang dalam dan tulus, negeri ini akan menjurus pada tata kelola yang salah yang kemudian berujung pada ketidakselaran antara visi dan realitas," ucapnya.
"Sehingga cita-cita persatuan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dalam bingkai ke-Bhinekaan terus terpupuk-terjaga untuk kemaslahatan bersama," demikian Abah Ghufron. [rmol]