DEMOKLRASI.CO.ID - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan untuk menjaga harga BBM agar inflasi tak melonjak gila-gilaan.
Pasalnya, BPS pernah mencatat inflasi Indonesia pernah menembus 17 persen saat pemerintah menaikkan harga BBM pada 2005 lalu.
"Pentingnya mengendalikan harga energi menjadi catatan berikutnya agar tidak memberikan impact ke inflasi," ujar Margo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang ditayangkan secara virtual Selasa (30/8).
Peringatan Margo disampaikan di tengah wacana kenaikan harga BBM yang akan dilakukan dalam waktu dekat karena kuota subsidi pertalite dan solar pada APBN terancam jebol.
Berdasarkan catatan Margo, pemerintah menaikkan harga BBM 32,6 persen dan solar 27,3 persen pada Maret 2005. Kemudian, harga bensin kembali naik 87,5 persen dan solar 104 persen pada Oktober 2025.
"Akibat kenaikan harga BBM digunakan untuk konsumsi maka inflasi kita itu (2005) di 17,11 persen," ujarnya.
Tingginya inflasi menahan laju pertumbuhan ekonomi. Sebab, inflasi menggerus daya beli sehingga konsumsi rumah tangga yang menopang separuh perekonomian domestik tertekan.
"Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi kita itu (melambat) dari 4 persen menjadi 3,2 persen," ujarnya.
Sebenarnya, sambung Margo, pemerintah juga menaikkan harga BBM pada 2013 dan 2014. Tercatat, harga bensin melesat 44,4 persen dan solar naik 22,2 persen pada Juni 2013.
Selang setahun, harga bensin kembali naik 30,8 persen dan solar menanjak 36,4 persen. Namun, dampak kenaikan harga BBM pada periode 2013-2014 terhadap inflasi lebih kecil dari 2005.
"Inflasi 8,38 persen pada 2013 dan 8,36 persen pada 2014," ujarnya.
Menurut Margo, kondisi itu terjadi lantaran pemerintah menggelontorkan bantuan sosial (bansos) ke masyarakat.
"Pada 2013-2014 itu kebijakan bansos mulai bagus jadi dampak ke inflasi bisa ditekan, terutama dampak ke menengah dan rentan mampu diredam sehingga dampak inflasi tidak terlalu tinggi," terangnya.[cnn]