DEMOKRASI.CO.ID - Harga telur ayam ras segar rata-rata dipatok Rp30.850 per kg naik signifikan dibanding bulan-bulan biasanya yang berkisar Rp20 ribu per kg. Sementara, harga daging ayam saat ini dipatok Rp35.350 per kg.
Baik harga telur ayam maupun harga daging ayam sama-sama tercatat naik dalam sepekan terakhir. Tetapi, ini berarti harga telur ayam dan daging ayam kini hanya terpaut Rp5.000.
Padahal sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengaku tak senang kalau harga daging ayam turun terlalu rendah, karena akan merugikan peternak.
Menurut catatannya kala itu, Kamis (18/8), harga daging ayam terjun bebas dari Rp52 ribu per ekor menjadi Rp26 ribu per ekor. "Kalau ayam turun, saya nggak senang, kasihan peternak ayam," tutur dia di Pasar Tomang Barat, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Ia menjelaskan jika harga daging ayam di pasar Rp26 ribu per ekor, berarti para pedagang membeli dari grosir besar seharga Rp20 ribu. Lalu, grosir besar membeli dari peternak dengan harga di kisaran Rp15 ribu per ekor.
Menurutnya, dengan harga tersebut peternak jelas rugi. Sebab, agar peternak tidak rugi harga jualnya minimal Rp19 ribu per ekor.
"Jadi kalau dia (mau) untung jualnya (harus) Rp23 ribu-Rp24 ribu. Sekarang peternak jual Rp15 ribu, mereka rugi," papar Zulkifli.
Mengutip infopangan.jakarta.go.id, harga ayam broiler saat ini dipatok rata-rata Rp38.933 per ekor. Sementara, harga tertingginya Rp55 ribu per ekor dan terendah ada di Rp30 ribu per ekor.
Sedangkan, harga daging ayam ras segar rata-rata nasional Rp35.350 per kg, dengan harga terendah Rp18 ribu per kg di Palopo, Sulawesi Selatan, dan harga tertinggi Rp55 ribu di Sumba Timur.
Sementara harga telur ayam rata-rata sudah di atas Rp30 ribu per kg. Bahkan, di beberapa daerah ada yang mematok harga di atas Rp50 ribu, seperti Merauke Rp54 ribu per kg.
Namun, kemarin, Zulhasi meminta masyarakat tidak meributkan kenaikan harga telur ayam. Ia malah membandingkan harga telur ayam yang disebut pedagang tertinggi dalam sejarah itu dengan misi dagang yang berhasil dicapai dari India.
"Oh itu enggak seberapa kok. Jangan diributkan ya. US$3,2 miliar (misi dagang dengan India) itulah yang ditulis," ujarnya singkat saat ditemui di Gedung Kemendag, Selasa (23/8).
Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso menduga kenaikan harga telur salah satu faktornya disebabkan oleh program bantuan sosial (bansos) berbentuk bagi-bagi telur dari Kementerian Sosial (Kemensos).
"Memang, peran bansos ada, tapi tolong dicatat, jangan sampai bansos jadi kambing hitam. Ini merupakan mitra," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com.
Menurut dia, bansos telur justru ikut menyerap produksi peternak. Di sisi lain, bansos juga dapat menekan kasus stunting atau kekurangan gizi pada anak.
Faktor lainnya, ia menduga kenaikan harga telur ayam terjadi karena harga pakan yang naik imbas perang Rusia-Ukraina.[cnn]