DEMOKRASI.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia pada kuartal II 2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 4.919,9 triliun. Sedangkan, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 2.923,7 triliun.
“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2022 bila dibandingkan triwulan I 2022 atau secara quarter-to-quarter (QtQ) tumbuh 3,72 persen. Jika dibandingkan triwulan II 2021 atau secara year-on-year (YoY) tumbuh sebesar 5,44 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam pemaparan, di kantor BPS, Jakarta, Jumat (5/8).
Sehingga, secara kumulatif ekonomi Indonesia semester I (Januari-Juni) 2022 tumbuh sebesar 5,23 persen dibandingkan semester I 2021 (C-to-C). Seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan II kecuali administrasi pemerintahan yang terkontraksi 1,73 persen dan jasa pendidikan yang terkontraksi 1,15 persen.
Penyebab kontraksi administrasi pemerintahan yakni realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa pada triwulan II yang terkontraksi 2,39 persen. Sementara itu, jasa pendidikan mengalami kontraksi karena penurunan belanja tenaga pendidikan dan tenaga penyuluh non-PNS atau PPPK.
“Lapangan usaha yang tumbuh tinggi yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 21,27 persen. Disusul akomodasi dan makanan/minuman yang tumbuh 9,76 persen didorong pelonggaran mobilitas dan Hari Raya Idul Fitri, kemudian pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 9,33 persen,” jelas Margo Yuwono.
Berdasarkan sumbernya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2022 diperoleh dari dari pertumbuhan industri pengolahan dengan andil 0,82 persen poin, transportasi dan pergudangan dengan andil 0,76 persen poin, perdagangan (0,58 persen poin), infokom (0,5 persen poin), sisanya sebesar 2,78 persen poin.Sedangkan dari sisi pengeluaran, seluruh komponen pada triwulan II 2022 tumbuh positif, kecuali konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi 5,24 persen (share 6,34 persen). Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,51 persen (share 51,47 persen), Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 3,07 persen (share 27,31 persen), ekspor tumbuh 19,74 persen (share 24,58 persen), konsumsi LNPRT tumbuh 5,04 persen (share 1,17 persen), dan impor tumbuh 12,34 persen (share negatif 20,5 persen).
“Pertumbuhan tertinggi ada di ekspor karena memperoleh windfall kenaikan harga unggulan Indonesia di tingkat global,” lanjut Margo Yuwono.
Faktor Eksternal
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2022 dipengaruhi faktor global dan domestik. Kondisi ekonomi global dihadapkan sejumlah tantangan, dimana inflasi di beberapa negara sudah cukup tinggi, seperti Uni Eropa (9,6 persen), Amerika Serikat (9,1 persen), Inggris (8,2 persen), Korea Selatan (6,1 persen), dan Tiongkok (2,5 persen).
Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 dan tahun 2023. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 direvisi dari semula 3,6 persen menjadi 3,2 persen. Sedangkan untuk tahun depan, direvisi dari semula 3,6 persen menjadi 2,9 persen
“Sebaliknya untuk inflasi, IMF memproyeksikan baik inflasi maupun inflasi inti secara global mengalami peningkatan pada tahun 2022 dan 2023,” ujar Margo Yuwono.
Namun, di tengah tekanan global, ekonomi mitra dagang Indonesia pada triwulan II tetap tumbuh positif. Sebut saja Tiongkok yang tumbuh tipis 0,4 persen dan Amerika Serikat yang tumbuh 1,6 persen. Ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk diketahui mencapai 21,52 persen, sedangkan ke Amerika Serikat mencapai 9,89 persen dari total ekspor.
“Secara umum dapat saya simpulkan bahwa untuk mitra dagang tetap tumbuh meski mengalami perlambatan, kecuali di Vietnam yang pada triwulan II tumbuh impresif 7,7 persen,” imbuh Margo Yuwono.
Dengan kenaikan harga komoditas global dan ekonomi mitra dagang masih tumbuh positif pada triwulan II, Indonesia mendapatkan windfall dari kondisi itu. Tercatat neraca perdagangan triwulan II sebesar USD 15,55 miliar, naik 148,01 persen secara tahunan, dan naik 67,85 persen secara kuartalan.
Faktor Domestik
Dari dalam negeri, karena membaiknya penanganan Covid-19, maka mobilitas makin tinggi. Daya beli masyarakat juga terjaga didorong akselerasi konsumsi dan aktivitas produksi.
Indikator yang menggambarkan meningkatkan mobilitas yakni jumlah penumpang pada triwulan II 2022 yang meningkat untuk seluruh moda transportasi. Sementar itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk lewat pintu utama juga tumbuh signifikan sebesar 1.250,65 persen, dengan tingkat penghunian kamar (TPK) sebesar 9,74 persen.
“Dari sisi pemerintah dan bank sentral, berupaya melakukan kebijakan untuk meminimalkan dampak tekanan global, dengan memberikan subsidi dan bantuan sosial. Realisasi subsidi energi pada triwulan II 2022 tumbuh 11,4 persen YoY, dan bantuan sosial tumbuh 56,17 persen YoY,” tuturnya.
Otoritas moneter atau Bank Indonesia (BI) juga tidak menaikan suku bunga acuan. Ini memberikan dampak kondusif pada pelaku usaha. Kemudian ada insentif pajak untuk mendorong aktivitas bisnis, lewat PMK 3/2022.
Indikator lain yakni pendapatan masyarakat yang tecermin dari meningkatkan nilai tukar petani (NTP) pada triwulan II 2022, tumbuh 3,2 persen. Indeks penjualan eceran riil tumbuh 8,67 persen, pinjaman untuk konsumsi naik 6,42 persen, dan transaksi uang elektronik serta kartu debet/kredit tumbuh 10 persen. Adapun penerimaan PPh Pasal 21 juga tumbuh 19,77 persen, berdasarkan laporan Kementerian Keuangan.
“Pada triwulan II juga ada pemberian THR bagi ASN dan buruh serta pegawai. Ini menaikkan pendapatan masyarakat,” ujar Margo Yuwono. Kemudian, meski ada kenaikan namun inflasi inti masih terjaga yang tumbuh 2,63 persen secara tahunan pada akhir Juni.
Di sisi lain, aktivitas produksi juga menunjukkan perbaikan dengan PMI indeks yang mencapai 53,61, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2021 yang di level 51,45. Impor bahan baku naik 27,69 persen, impor barang modal naik 21,34 persen, dan impor barang konsumsi naik 4,97 persen.
“Indikator lain menggambarkan aktivitas produksi tumbuh tinggi dilihat dari indikator konsumsi listrik industri dan bisnis yang masing-masing naik 13,37 persen dan 10,7 persen. Kapasitas produksi terpakai di industri pengolahan tumbuh 0,54 persen poin,” pungkasnya. (jpg/fajar)