DEMOKRASI.CO.ID - Tren elektabilitas tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo mengalami penurunan pada akhir Juni 2022, jika dibandingkan pada periode Januari 2022.
Hal itu tercatat dalam hasil temuan Indopol Survey yang dilakukan per 24 Juni hingga 1 Juli 2022.
"Jika tingkat kepuasan pada Januari 2022 berada pada angka 72,93 persen, maka defesit angka kepuasan pada Juni 2022 adalah berkurang 6,51 persen menjadi 66,42 persen," ujar Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto dalam rilis survei secara virtual, Jumat (15/7).
Dikatakan Retno, turunnya tingkat kepuasan kepada pemerintah disebabkan sejumlah faktor. Diantaranya, rendahnya kepuasan pada pemberantasan korupsi yang diakui 53,74 persen, pembukaan lapangan kerja (52,28 persen) serta penanganan pengangguran dan kemiskinan (49,84 persen).
Ratno menambahkan, temuan survei menunjukkan 61,79 persen responden menyatakan ekonomi keluarganya baik dan sangat baik. Hanya 35,12 persen yang menilai ekonomi keluarganya memburuk, sebagai isyarat terjadinya pemulihan ekonomi.
"Ironisnya kepuasan kepada Presiden Jokowi justru merosot ke angka 66,42 persen," kata Ratno.
Kepuasan terhadap perbaikan ekonomi pada Januari 2022, lanjutnya, berbanding lurus dengan tingkat kepuasan kepada presiden.
Ratno menjelaskan lebih lanjut, anomali ini terjadi karena sebagian publik menganggap ekonomi keluarga mereka memburuk karena kenaikan harga barang pokok yang diakui 48,38 persen terutama harga minyak goreng,
"Lalu dampak pandemi karena pendapatan turun, semisal penjualan sepi (18,98 persen) dan pengangguran/dirumahkan akibat pandemi (11,34 persen), kenaikan harga BBM sebesar 8,33 persen," pungkasnya.
Indopol Survei menggunakan metodologi multistage random sampling dalam melakukan survei ini.
Melakukan wawancara langsung terhadap 1.230 responden dari usia 17 tahun ke atas, pada 24 juni hingga 1 juli 2022 lalu dengan margin of error kurang lebih 2,8 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen. [rmol]