DEMOKRASI.CO.ID - Kemungkinan Presiden Joko Widodo jatuh seperti Presiden Sri lanka Gotabaya Rajapaksa bisa dikatakan susah meski utang Indonesia saat ini sudah mencapai lebih dari 7 ribu triliun.
Demikian pendapat Direktur Eksekutif Lanskap Politik Indonesia, Andi Yusran saat ditanya peluang nasib Jokowi apakah serupa dengan Rajapaksa, Minggu malam (10/7).
Menurut Andi, angka utang Indonesia yang tinggi tidak akan berdampak pada peluang kejatuhan rezim. Alasannya, pemerintah punya argumentasi masih dalam batas toleransi jika dibandingkan dengan cadangan devisa.
"Artinya peluang jatuhnya Jokowi sebagai imbas dari utang yang kemudian berdampak kepada people power adalah relatif kecil," demikian kata Andi kepada Kantor Berita Politik RMOL.
Justru kata Doktor Politik Universitas Padjajaran ini, persoalan yang berpeluang menjatuhkan rezim Jokowi dari kekuasaan adalah imbas dari krisis harga kebutuhan pokok dan energi yang akhir-akhir ini merangkak naik.
Analisa Dosen Universitas Nasional ini, ketidak percayaan publik terhadap rezim makin menguat jika pemerintah tidak segera menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok dan energi (BBM dan listrik).
"Pemerintah (Jokowi) harusnya berkaca kepada rezim orde baru tumbang diawali dengan kenaikan harga kebutuhan pokok terutama energi waktu itu," pungkas Andi. [rmol]