DEMOKRASI.CO.ID - Eks Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu berikan komentar terhadap PT Pertamina persero.
Said Didu berkomentar, perihal Pertamina yang menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas elpiji nonsubsidi.
Said Didu pun menyebut jika Pertamina sebagai alat pencitraan pemerintah dengan cara mengatur BBM dan Gas sesuai kehendak tanpa mekanisme pasar.
Pernyataan Said Didu terhadap pertamina diketahui melalui akun Twitter pribadinya bernama @msaid_didu.
“Karena terlalu lama Pertamina dijadikan alat pencitraan oleh pemerintah dengan mengatur harga BBM dan gas sesuai keinginan bukan mekanisme pasar,” tulis Said Didu pada Senin (11/7/2022)
Said Didu beranggapan jika negara tidak mampu menutupi persoalan tersebut. Sehigga berimbas kepada rakyat dengan BBM dan gas akan naik.
“Saat ini keuangan negara tidak mampu lagi menutupi pencintraan tersebut, maka rakyat harus hadapi kenyataan bahwa BBM dan gas akan naik,” ungkapnya.
Baca juga:
Sopir Dinas Istri Kadiv Propam Baku Tembak dengan Ajudan, Mabes Polri Beber Posisi Irjen Ferdy Sambo saat Kejadian
Cuitan Said Didu pun mendapat 85 komentar, 269 retweet, dan 973 suka.
Saat itu, Said Didu mengaku kesulitan jika mencoba menjelaskan alasanya menaikan harga BBM. karena dijelaskan apapun itu kenaikan BBM adalah salah.
“Saat itu, saya salah satu yang berada didepan untuk menjelaskan kenapa harga BBM harus dinaikan, tapi memang sulit karena dijelaskan apapun saat itu-kenaikan BBM adalah salah,” ucapnya.
“Eh orang yang sama sekarang justru mendukung, atau minimal diam, Sisakan ruang ketidak percayaan kepada politisi,” ungkapnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) pada Minggu (10/7/2022) kembali menaikkan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax Turbo dan Dex Series serta elpiji nonsubsidi jenis Bright Gas.
“Harga bahan bakar Pertamina telah dirancang sebagai wujud apresiasi untuk Anda dalam memberikan pelayanan prima di SPBU kami,” demikian pernyataan resmi Pertamina dalam laman MyPertamina.
“Harga bahan bakar berlaku mulai 10 Juli 2022,” sambung pernyataan tersebut.
Pertamina menyatakan porsi produk Pertamax Turbo dan Dex Series hanya lima persen dari total konsumsi BBM nasional.
Sedangkan, porsi produk elpiji nonsubsidi hanya enam persen dari total komposisi elpiji nasional.
Baca juga:
Kejaksaan Agung Berani Usut Kasus yang Libatkan TNI Aktif, Mahfud MD: Jangan Main-main
Harga Pertamax Turbo yang sebelumnya dijual Rp14.500 per liter sekarang menjadi Rp16.200 per liter, Pertamina Dex yang semula Rp13.700 kini menjadi Rp16.500 per liter, dan harga Dexlite dari Rp12.950 naik menjadi Rp15.000 per liter.
Sementara itu, selain BBM, harga elpiji Bright Gas juga naik sekitar Rp2.000 per kilogram.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menjelaskan alasan kenaikan harga BBM dan elpiji nonsubsidi karena mengikuti perkembangan harga minyak dan gas dunia.
Pada Juni 2022, harga minyak Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) senilai 117,62 dolar AS atau lebih tinggi 37 persen bila dibandingkan harga pada Januari 2020.
Sementara itu, harga elpiji berdasarkan contract price Aramco (CPA) pada bulan lalu menyentuh angka 725 metrik ton atau lebih tinggi 13 persen jika dibandingkan harga rata-rata sepanjang tahun lalu.
Irto mengklaim meski ada kebijakan penyesuaian harga, namun harga itu masih terbilang kompetitif bila dibandingkan produk sejenis yang dijual oleh sejumlah perusahaan penyalur BBM dan elpiji di Indonesia. (fin)