DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pandangannya terkait sejarah ideologi di Indonesia saat momentum peringatan Hari Lahir Pancasila.
Megawati mengatakan Presiden ke-1 RI Ir Soekarno (Bung Karno) dan ideologi Pancasila tak dapat dipisahkan dan telah menjadi satu. "Karena memang saya banyak sekali bicara soal Pancasila. Harus tahu, Bung Karno. Nggak bisa dipisahkan. Secara natural, itu memang Bung Karno, Pancasila, jadi satu," kata Megawati saat jadi pembicara kunci di Seminar Nasional Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022 secara virtual, Rabu (1/6/2022).
Namun, Megawati menyebut keduanya hendak dipisahkan oleh percaturan politik. Lantas, sebutnya, seolah Pancasila muncul tanpa musabab. Dia tak sepakat dengan itu.
"Tapi oleh politik itu berkehendak dipisahkan. Jadi seperti, Pancasila itu tiba-tiba saja ada, begitu. Itu tidak bisa," kata Megawati.
Ketua PDI Perjuangan (PDIP) itu kemudian menepis narasi bahwa Bung Karno dekat dengan ideologi Komunisme. Menurutnya, narasi itu salah besar lantaran informasinya sudah dipotong.
"Banyak orang kan waktu itu ayah saya dibilang sepertinya dekat dengan komunisme, jadi saya sangat mengerti bahwa salah besar, karena banyak juga yang memotong," katanya.
Megawati menceritakan zaman dulu ayahnya sempat belajar ideologi Marxisme ataupun Leninisme saat sedang mengampu pendidikan. Pendidikan itu juga didapat oleh pendiri bangsa lainnya seperti Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir.
"Zaman dulu pun maksudnya ketika beliau masih sekolah, saya tanya kepada Pak Hatta, Pak Syahrir, dan lain sebagainya. Mereka diajaran Karl Marx, Leninisme, dan lain sebagainya," ujar dia.
Megawati juga menepis ideologi Marhaenisme yang dikembangkan dari pemikiran Bung Karno, lantas disebut-sebut serupa dengan Komunisme. Dia menegaskan Bung Karno bukan seorang komunis.
"Jadi aneh kalau katanya Marhaenisme itu metode baru Komunisme. Salah besar, salah besar. Menurut saya kalau beliau seorang Komunis tidak mungkin," katanya. [law-justice]