DEMOKRASI.CO.ID - Gelaran Formula E Jakarta yang sukses besar otomatis akan berdampak dengan makin melonjaknya elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Namun sayangnya ada pihak-pihak tertentu yang tidak menyukai hal tersebut.
Hal ini terlihat pada Senin (6/6) dimana muncul deklarasi dukungan untuk Anies maju sebagai Capres 2024. Deklarasi tersebut dilakukan oleh kelompok yang menamakan dirinya FPI Reborn.
"Deklarasi ini tidak terlihat organik, justru merugikan Anies Baswedan dan bisa menggerus elektabilitasnya," kata Sekretaris Jenderal Gerakan Masyarakat Cinta Jakarta (Gema Cita) Dimas Tri Nugroho dalam keterangannya, Jumat (10/6).
Dimas dengan tegas mengecam deklarasi "palsu" yang dilakukan oleh oknum kelompok yang berasal dari kelompok tidak jelas tersebut.
"Mereka datang ke lokasi bukan untuk benar-benar mendukung Anies, melainkan karena diiming-imingi imbalan materi oleh pihak oknum tertentu," kata Dimas.
Menurut Dimas, deklarasi yang dilakukan oleh orang tak dikenal itu juga mencatut nama Forum Persaudaraan Islam (FPI).
FPI sendiri sudah mengeluarkan pernyataan sikap bahwa FPI sampai saat ini tidak pernah melakukan deklarasi dukungan terhadap tokoh mana pun.
"Sehingga bisa dipastikan bahwa deklarasi FPI Reborn adalah deklarasi yang dilakukan oleh orang tidak dikenal dan tidak bertanggung jawab dengan mencatut nama FPI," kata Dimas.
Dimas menilai bahwa deklarasi palsu dilakukan untuk menggerus elektabilitas serta mengaitkan Anies Baswedan dengan isu radikalisme dan intoleransi.
Tidak seperti Deklarasi pada umumnya yang diramaikan dan diviralkan oleh media dan kelompok relawan Anies sendiri, deklarasi FPI Reborn justru pertama kali dimunculkan oleh akun-akun buzzer politik yang kerap menyerang Anies, seperti akun @_ekokuntadhi.
Akun tersebut berusaha membangun narasi bahwa Anies Baswedan didukung oleh organisasi terlarang. Sedangkan akun-akun yang lain berusaha untuk mengaitkan Anies dengan isu intoleransi dan radikalisme.
Dimas berpandangan, mereka ingin membangun citra seolah-olah Anies Baswedan adalah sosok yang radikal dan intoleran. Sehingga pada akhirnya dapat menggerus elektabilitas Anies Baswedan," kata Dimas.
"Mereka panik dan takut elektabilitas Anies Baswedan semakin melesat tinggi pasca keberhasilan Anies menyelenggarakan event internasional Formula E di Jakarta," demikian Dimas. [rmol]