DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap bahwa dirinya ditelepon oleh sosok perdana menteri negara lain yang meminta minyak goreng secara pribadi pada Minggu (12/6/2022) lalu.
Adapun perdana menteri misterius tersebut menghubungi Jokowi melalui telepon meminta minyak goreng lantaran di negaranya stok minyak goreng habis dan sedang darurat membutuhkan suplai migor.
"Dua hari yang lalu, malam, saya mendapatkan telepon dari Seorang perdana menteri enggak usah saya sebutkan, beliau meminta-minta betul, Presiden Jokowi tolong dalam sehari dua hari ini, kirim yang namanya minyak goreng," ungkap Jokowi dalam Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022 di Istana Negara, Selasa (14/6/2022).
Sosok perdana menteri tersebut khawatir, jika suplai minyak goreng tidak dipenuhi, negaranya akan mengalami gejolak politik seperti yang dialami oleh Sri Lanka.
"Stok kami betul-betul sudah habis dan kalau barang ini tidak datang akan terjadi krisis sosial, ekonomi, yang berujung juga pada krisis politik, dan itu sudah terjadi di negara yang namanya Sri Lanka," ujar Jokowi mengutip percakapan dari sang perdana menteri.
Identitas perdana menteri masih menjadi misteri
Sosok perdana menteri tersebut hingga kini masih menjadi misteri lantaran Jokowi enggan menyebut asal negaranya. Jokowi juga tidak memberikan petunjuk maupun identitas terkait dengan sang perdana menteri yang menelpon dirinya dengan memelas.
Namun diketahui, bahwa pihak yang menelpon Jokowi mewakili sebuah negara parlementer lantaran memiliki sosok perdana menteri.
Jokowi ungkap akan ada puluhan negara yang kolaps ekonominya
Usai curhat ditelepon perdana menteri misterius tersebut, Jokowi mewanti-wanti pada jajaran pejabat yang hadir pada Rakornas tersebut bahwa puluhan negara disinyalir akan mengalami keruntuhan ekonomi.
"Bank Dunia, IMF menyampaikan bahwa akan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti. Inilah ketidakpastian yang tadi saya sampaikan," ucap presiden.
Melalui sinyal tersebut, Jokowi menuntut agar para pejabat memiliki kepekaan terhadap krisis dan bahu-membahu dalam menangani krisis pangan hingga ke level mikro.
"Kerja sekarang ini tidak bisa hanya makronya, tidak bisa. Mikronya, detail harus tahu. Inilah yang sering saya sampaikan ke pak Ateh, Pak kepala BPKP, Pak detail ini di cek, pak detail ini tolong saya dibantu, untuk apa, policynya Jangan sampai keliru," tegas Jokowi. [suara]