DEMOKRASI.CO.ID - Nama Tsamara Amany sempat menjadi sorotan publik beberapa waktu lalu karena mundur dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Mantan Ketua DPP PSI tersebut bahkan dituding keluar karena telah berpindah kubu.
Tudingan publik itu berdasarkan cuitan lawas suami Tsamara yang memuji Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Kini, Tsamara sudah kembali ke Indonesia dan hadir di podcast Deddy Corbuzier. Banyak hal Tsamara sampaikan di sana, termasuk mengklarifikasi perihal preferensi politiknya.
Kepada Deddy, Tsamara mengaku belum ada keinginan untuk kembali bergabung dengan partai politik.
"Kayaknya sih mungkin nggak lah (bergabung dengan partai politik di 2024)," kata Tsamara, dikutip pada Kamis (16/6/2022).
"Tapi aku pengin dukung again kandidat presiden yang bagus, karena buat aku Presiden Indonesia itu punya power yang luar biasa," katanya lagi.
Dia kemudian membahas beberapa kriteria presiden yang baik untuk memimpin Indonesia. "Kalau menurut aku gampangnya tiga," jelasnya.
Menurut Tsamara, Presiden Indonesia harus punya komitmen untuk menjunjung tinggi toleransi antarwarga, meliputi keagamaan, suku, dan ras yang sangat beragam di negara ini.
"Yang pertama dia punya komitmen terhadap toleransi," tegas Tsamara.
"Gimana dia ada track record terhadap toleransinya, baik atau enggak," bebernya.
"Karena kita hidup di negara yang sangat multikultural, multiagama, jadi penting untuk kita menjaga itu semua," sambungnya. "Dan komitmennya harus ditunjukkan sama presidennya dan track record-nya harus menunjukkan komitmennya."
Kemudian, katanya, yang memang serius. "Mungkin dia punya track record membantu (untuk) kebijakan-kebijakan pro perempuan," tegas Tsamara.
Tsamara sendiri mengaku memang fokus pada isu-isu perempuan dan hal ini juga yang menjadi faktor penyebabnya hengkang dari PSI.
Kriteria terakhir, capres yang baik harus mempunyai track record baik serta hasil kerja yang nyata. Sebab dua hal ini menjadi faktor untuk memprediksi kepemimpinannya selama lima tahun ke depan.
"Gimana cara kita tahu bahwa seseorang ini akan jadi presiden yang baik kalau kita tidak bisa mengevaluasi sebelumnya, track record dia apa, karena ini jabatan tertinggi," tutur Tsamara.
Meski tahun 2024 masih jauh, Tsamara ternyata sudah membidik beberapa figur yang dianggapnya baik, meski tidak secara gamblang menyebut mereka sebagai kandidat potensial.
"Tokoh-tokoh yang aku sebutin tadi adalah tokoh yang aku senangi," kata sang politikus muda, lalu lanjut menyebutkan beberapa nama yang sebagian memang digadang-gadang menjadi Capres 2024.
"Aku suka tokoh seperti Kang Ridwan Kamil, ada juga Mas Emil Dardak, dan misalnya Pak Erick Thohir juga seseorang yang aku kagumi sebagai menteri, dan juga Pak Ganjar (Ganjar Pranowo). Itu sosok-sosok yang aku suka," terangnya.
Nama Anies Baswedan yang tak disebutkan ini lah yang kemudian menjadi sorotan, mengingat hengkangnya Tsamara dari PSI membuatnya sempat dituding kadrun, yang biasanya merujuk pada kelompok pendukung Anies.
Meski begitu, Tsamara mengaku baik ia, PSI, maupun sang suami memang mengapresiasi kinerja Anies Baswedan terutama ketika menghadapi pandemi Covid-19.
"Waktu itu situasi Covid-19 ya. Dan kalau boleh jujur, waktu itu PSI pun memuji kinerja Gubernur DKI waktu itu, karena ada keseriusan," tutur Tsamara.
Ia menyebut beberapa pengurus PSI, termasuk dirinya, juga ikut memuji kinerja Anies. "Jadi ya suamiku komentar kayak gitu karena melihat apa yang dia lihat aja," imbuhnya. [suara]