DEMOKRASI.CO.ID - Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mewanti-wanti sejak dini akan adanya potensi politik identitas dan polarisasi ekstrim pada tahun 2024 yang diprediksi akan semakin menguat tajam.
Hal itu dikatakan Qodari dalam acara Halal Bi Halal Komunitas Jokowi Prabowo 2024 bersama sejumlah relawan Jokowi dan tokoh serta kelompok masyarakat yang berlangsung di Sekretariat Nasional Jokpro 2024 jalan Tegal Parang Selatan I No. 37, Jakarta Selatan, Sabtu (25/6/2022).
“Saya sampaikan warning nih ya dengan konstelasi yang ada sekarang ini maka kita harus siap-siap dengan kemungkinan polarisasi ekstrim lagi 2024 yang akan datang dengan berat hati harus disampaikan ya mumpung belum terjadi.” Ujar Qodari dalam sambutannya, Sabtu (25/6/2022).
Menurut Qodari, masih ada waktu untuk mencegahnya sebelum konflik horizontal pecah ditengah masyarakat akibat politik identitas dan polarisasi.
Pasalnya, lanjut Qodari, pertarungan pada pilpres di putaran II pasti akan dimanfaatkan oleh dan akan bekerjasama dengan kelompok-kelompok identitas seperti Presidium Alumni 212 (PA 212) dan pendakwah seperti Ustad Abdul Somad (UAS) yang akan menciptakan pembelahan bangsa ini.
“Siapapun yang bertarung di putaran kedua pilpres pasti dimanfaatkan oleh dan akan bekerja sama dengan kelompok-kelompok identitas seperti PA 212 dan ustadz seperti Ustad Abdul Somad (UAS).” Terangnya.
“Saya eksplisit sekarang kenapa? soalnya UAS-nya sudah ekplisit kemarin dalam pertemuan Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia, UAS sudah mengatakan dengan eksplisit kita harus merebut posisi politik, ucapan saya (UAS) telah memenangkan beberapa calon dan tahun 2019 memang UAS sudah menunjukkan keberpihakannya dengan jelas waktu itu shake hand dengan Pak Prabowo,” imbuhnya.
Kemudian lanjut Qodari, salah satu tokoh yang juga akan turut memanaskan suasana Pilpres 2024 masih sama datang dari Jaringan Alumni Timur Tengah yang secara terang-terangan mengatakan Indonesia 2025 akan lahir khilafah.
“Saya ulang ya 2025 akan lahir khilafah namanya Bachtiar Nasir, siapa Bachtiar Nasir? tokoh PA 212.” Tegasnya.
Lebih lanjut Qodari mengatakan kelompok itu akan melabeli atau memberikan stempel calon Islam kepada calon presiden tertentu dan ini akan menciptakan pembelahan dan polarisasi yang semakin ekstrim sebab demikianlah trend yang berlangsung dari Pilpres 2014 dan 2019.
“Jika yang lolos putaran II adalah Prabowo vs Anies, maka Anies akan dilabel calon Islam dan Prabowo akan dilabel kristen, jika yang lolos putaran II adalah Anies Vs Ganjar, maka Anies akan dilabel calon Islam dan Ganjar akan dilabel calon Kristen, PKI Singapura seperti Jokowi,” bebernya.
“Jika lolos putaran II adalah Ganjar dan Prabowo, maka Prabowo akan kembali dilabel sebagai calon Islam dan Ganjar akan dilabel calon Kristen, PKI Singapura seperti Jokowi dulu,” tambahnya.
Qodari masih tidak percaya dengan elit politik yang mengatakan sudah tidak lagi menggunakan politik identitas dalam pertarungan politik, namun kenyataannya di lapangan malah sebaliknya.
“Saya gak percaya dengan elit politik yang mengatakan kami sudah kapok dengan polarisasi kami sudah menolak politik identitas, sekarang ngomong begitu saat bertarung sebaliknya. Jadi Menurut saya kita sudah tahu apa yang terjadi di 2024 dan kita harus berbuat sesuatu untuk mencegah itu terjadi karena inilah hidup kita,” ulasnya.
Oleh karenanya, untuk mencegah hal itu terjadi, Qodari menawarkan gagasan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kembali menjadi Presiden selama tiga periode berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Pasangan Jokowi-Prabowo diyakini akan meredam politik identitas dan polarisasi ekstrim dan hanya akan melawan kotak kosong.
“Solusinya adalah Jokowi-Prabowo berpasangan di 2024 dan akan melawan kotak kosong. Kotak kosong tidak dapat diberi label calon Islam.” Jelas Qodari. [wartaekonomi]