DEMOKRASI.CO.ID - Dinamika politik pemilihan presiden (Pilpres) yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini lebih kentara hanya soal nilai tawar dan olah-olah semata. Termasuk wacana pembentukan koalisi Indonesia Bersatu dan koalisi Semut merah yang terdiri dari PKB dan PKS.
Pandangan itu disampaikan oleh Direktur Riset Indonesia Presidential Studies, Arman Salam kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (14/6).
Menurut Arman, elite lebih sibuk dandan atau mendandani agar terlihat seksi dan menawan sambil mencari celah untuk mengambil aneka manfaat dari calon presiden.
Analisa Arman, jika diamati terkait koalisi semut merah PKS dan PKB nampak agak janggal. Sebab, dari sisi ideologi kedua partai itu memiliki perbedaan yang tajam.
"Memang agak janggal baik dipandang dari sisi idiologi partainya maupun perilaku politik kedua partai tersebut berdasarkan pengalaman," kata Arman.
Meski demikian, Arman melihat hal semacam itu lumrah dalam politik, bahwa dalam setiap kepentingan pasti bisa bertemu.
Pendapat Arman bukan tanpa argumen, sebab dari waktu ke waktu PKB adalah partai yang cenderung selalu ikut dengan kekuasaan bagaimanapun caranya. Di sisi yang lainnya, PKS lebih banyak mengambil posisi yang berseberangan dengan kekuasaan.
"Terlebih dengan PDIP partai penguasa saat ini, PKS nampaknya paling alergi berkoalisi terbukti dengan koalisi pada Pilkada hampir tidak dapat di temukan PKS dan PDIP berkoalisi," jelas Arman. [rmol]