logo
×

Minggu, 05 Juni 2022

Jokowi Dinilai Berkomitmen Kembangkan Mobil Listrik, Pakar UGM: Tapi Kok BUMN Tak Kasih Sponsor Formula E?

Jokowi Dinilai Berkomitmen Kembangkan Mobil Listrik, Pakar UGM: Tapi Kok BUMN Tak Kasih Sponsor Formula E?

DEMOKRASI.CO.ID - Pakar energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyatakan BUMN seharusnya mendukung ajang balap Formula E, Sabtu (4/6/2022).

"Tidak hanya untuk menyesukseskan penyelenggaraan ajang Formula E, tetapi juga untuk mendukung komitmen Presiden Joko Widodo dalam pembangunan keterkaitan industri kendaraan listrik untuk mewujudkan zero emission," kata dia.

Komitmen itu ditunjukkan oleh kehadiran Presiden Joko Widodo pada ajang balap Formula E Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Menurut Fahmy, kehadiran itu wujud komitmen yang konsisten Jokowi dalam mewujudkan transisi energi untuk memberikan kontribusi pencapaian zero emission.

"Formula E itu greensportaiment pertama di Indonesia. Konsep zero emission dalam ajang tersebut terwujud dari penggunaan kendaraan ramah lingkungan, peniadaan plastik sekali pakai, dan pembangunan sirkuit yang mengedepankan aspek lingkungan," ujarnya.

Fahmy menyebut, Formula E yang mengusung konsep sustainable merupakan salah satu kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Balapan ini dinilai sangat baik untuk membuktikan bahwa kendaraan listrik ramah lingkungan bisa digunakan di arena balap, serta membuktikan bahwa energi listrik yang digunakan di kendaraan bermotor juga aman.

"Kampanye ini sangat penting untuk mendorong migrasi dari kendaraan fosil ke kendaraan listrik," katanya.

Pasalnya, kata Fahmy, sektor trasportasi fosil menyumbang sebesar 24,64 persen emisi. Angka tersebut merupakan terbesar kedua setelah industri produsen energi 43,83 persen, disusul manufaktur dan konstruksi 21,64 persen, dan sektor lainnya sebesar 4,13 persen.

"Pemerintah sangat serius dalam membangun industri mobil listrik di Indonesia. Hal itu terlihat dari ketegasan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor nikel yang harus dihilirisasi salah satunya untuk menjadi bahan baku pabrik bateri, membangun pabrik baterai di Indonesia, hingga melakukan perbincangan serius dengan Elon Musk yang berpengalaman dalam industri mobil listrik," tuturnya.

Pemerintah juga sangat serius untuk mengundang investor yang sudah berpengalaman. Meskipun Indonesia sudah memiliki pabrik baterai, kita butuh teknologi, dan harus belajar dari negara-negara yang telah berpengalaman seperti Amerika, Korea, Jepang.

Dalam konteks pembangunan keterkaitan industri kendaraan listrik itulah, kata Fahmy, kampanye penggunaan kendaraan listrik melalui penyelenggaraan ajang Forumla-E di Jakarta memberikan kontribusi sangat signifikan.

"Sayangnya, tidak semua komponen bangsa mendukung penyelengaraan ajang internasional itu. BUMN, utamanya Pertamina dan PLN, seharusnya mendukung penuh penyelenggaraan Formula E," ujarnya. [era]

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: