DEMOKRASI.CO.ID - Pegiat media sosial Denny Siregar mengungkapkan pendapatnya soal reshuffle kabinet yang telah resmi menghasilkan 2 menteri dan 3 wakil menteri baru yang dilantik pada Rabu (15/6).
Dalam perombakan kabinet tersebut, Jokowi dianggap dapat merangkul. Namun ketika orang yang disebut Denny Siregar sebagai Mr P dirangkul, banyak yang kecewa termasuk para pendukung Jokowi.
Hal tersebut diungkapkan Denny Siregar melalui akun Twitter pribadinya. Ia menyebut bahwa pada akhirnya yang menderita adalah para kardun yang berusaha memanfaatkan Mr P.
“Dulu juga ketika Mr P dirangkul, banyak pendukung @jokowi yang kecewa. Tapi akhirnya tahu kan siapa yg paling menderita ?? Para kadrun yg berusaha menjadikan Mr P sbg kuda tunggangan politiknya..,” ucap Dennny Siregar melalui akun Twitter pribadinya, dikutip Kamis (16/6).
Sementara itu, pengguna akun Twitter @AgamKupie menyoroti pernyataan dari Denny Siregar.
Ia mengatakan bahwa Jokowi tidak boleh menerima semua orang, bahkan ia menyebut bahwa Jokowi tidak berani.
“Tapi gak boleh juga bang semua diterima, jadinya pada gak takut bikin fitnah toh nanti diajak masuk. Utk urusan ini jkw pengecut,” ucapnya.
Kemudian, Denny Siregar mengomentari kembali. Denny Siregar mengungkapkan bahwa persoalan membubarkan ormas yang disebut berkedok agama seperti Hizbut Tahrir Indoneisa (HTI) dan Front Persaudaraan Islam (FPI) saja seorang presiden yang sekaligus jenderal takut.
“Wahh… Membubarkan HTI dan FPI yg punya ribuan massa itu bukan urusan kecil lho. Bahkan mantan Presiden yg seorg Jendral jg takut. Bedakan antara pengecut sama bertindak strategis,” ungkap Denny Siregar.
Sementara itu, aku pengguna @noardtambunan juga turut memberikan komentar bahwa pernyataan bertindak pengecut dengan strategis apakah termasuk dari tindakan strategis.
“Dgn tidak mencabut SKB 2 Menteri tentang pembangunan rumah ibadah apakah termasuk yg strategis bang..,” ujarnya.
Denny Siregar turut menyambung pendapatnya terkait hal yang diungkapkan akun tersebut.
Denny Siregar menganggap bahwa pencabutan peraturan SKB 2 Menteri tentang rumah ibadah harus secara matang sebelum ambil tindakan.
Denny Siregar menyebut bahwa untuk sekarang yang menjadi perhatian utama adalah soal ekonomi.
“Gak gampang mencabut SKB itu, kudu matang dulu semuanya sblm bertindak. Ekonomi adalah perhatian utama, krn kalo perut lapar banyak org yg terprovokasi. Kalo udah banyak yg kenyang, biasanya apapun yg dilakukan tdk akan jadi masalah,” tuturnya.(wartaekonomi/fajar)