DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan negara mengalami kesulitan. Bahkan, akibat Covid-19, negara harus kehilangan APBN hampir Rp 1.400 triliun.
Kondisi ini pun juga dialami oleh negara-negara di dunia lainnya. Hal ini disampaikan Jokowi saat acara Silaturahmi Tim Tujuh Relawan Jokowi di E-Convention Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu (11/6).
"Covid dua tahun ini menghapuskan anggaran kita, hampir Rp 1.400 triliun hilang. Negara lain juga sama, menganggarkan duit yang gede sekali, hilang," kata Jokowi, dikutip pada Ahad (12/6).
Namun, saat pandemi sudah mulai mereda, negara masih harus menghadapi tantangan lainnya akibat perang di Ukraina dan Rusia. Sehingga upaya pemulihan ekonomi yang akan dilakukan pun kembali terhambat. "Karena dua hal tadi, karena Covid, kemudian karena perang menjadikan semuanya menjadi tidak pasti, menjadi semuanya tidak jelas," ujarnya.
Kondisi saat inipun menyebabkan terjadinya lonjakan harga di semua negara. Kendati demikian, Jokowi bersyukur karena pemerintah masih mampu mengendalikan lonjakan sejumlah harga.
Ia pun kemudian menyontohkan terjadinya kenaikan harga BBM di dalam negeri. Di Indonesia, harga pertalite masih Rp 7.650 dan harga pertamax Rp 12.500. Sementara di Amerika, harga BBM sudah mencapai Rp 19.400, bahkan di Singapura mencapai Rp 33 ribu.
"Bayangkan kalau pertalite jadi Rp 33 ribu, pasti demo semuanya, bener nggak? Oleh sebab itu, dengan sekuat tenaga, kita pertahankan harga ini," lanjut Jokowi.
Selain harga BBM, Jokowi juga menyebut harga beras di Indonesia masih terkendali, yakni rata-rata Rp 10 ribu. Sementara di Amerika, harga beras pun sudah mencapai Rp 52 ribu.
"Bayangkan kalau harga beras di sini menjadi Rp 52 ribu, demo setahun nggak rampung-rampung, bener nggak? Ini yang perlu saya sampaikan biar kita semuanya tahu. Oleh sebab itu, pertahankan harga beras supaya tidak naik, harga BBM juga tidak naik," jelasnya.
Meski demikian, lanjutnya, upaya pemerintah untuk mempertahankan harga BBM dan berbagai kebutuhan pokok ini pun berimbas pada beban APBN yang juga menjadi sangat berat. Bahkan, menurutnya, tak ada negara lain yang berani memberikan subsidi yang sangat besar kepada rakyatnya.
"Memang yang berat itu APBN, APBN menjadi berat karena subsidinya sekarang untuk BBM, pertalite, pertamax, solar, elpiji, subsidinya menjadi Rp 502 triliun. Gede sekali," kata dia. [rol]