DEMOKRASI.CO.ID - Ketua Panitia Pelaksana (Organizing Committee) Formula E Jakarta Ahmad Sahroni menanggapi pernyataan Ketua Umum PSI Giring Ganesha yang menyebut Formula E tidak berjalan dengan sukses.
Bagi Sahroni, kritikan Giring terhadap gelaran balap mobil listrik itu merupakan motivasi kepada panitia dan penyelenggara agar bisa menggelar Formula E lebih baik pada tahun berikutnya.
Dalam rencananya, BUMD PT Jakarta Propertindo selaku penyelenggara akan menggelar Formula E selama tiga tahun penyelenggaraan, mulai dari tahun 2022, 2023, dan 2024.
"Tahun depan kita sukseskan, Pak (Giring). Terima kasih Pak (Giring) atas motivasinya," kata Sahroni dalam akun Instagram @ahmadsahroni, Senin, 6 Juni.
Sahroni lalu meminta warganet untuk turut menanggapi pernyataan Giring. Dari ribuan komentar pada postingan Sahroni, pemain film Fauzi Baadilla turut membela Sahroni.
"Ada musangnya dalam pikiran si doi (Giring)," tulis Fauzi dalam akun fauzibaadilla_.
Influencer Akbar Rais juga berkomentar. Ia tak sependapat dengan Giring yang menyebut Formula E tidak sukses. "Jauh dari kata sukses, soalnya sukses banget ndan," ucap Akbar dalam akun akbarrais.
Sebelumnya, Giring memandang Formula E yang digelar pada Sabtu, 4 Juni lalu tersebut belum bisa dinyatakan sukses.
Menurutnya, ramainya penonton, hingga kehadirian petinggi negara serta para tokoh politik yang datang menyaksikan balapan langsung belum bisa dijadikan patokan bahwa panitia dan penyelenggara berhasil menggelar Formula E.
"Berhasil lihatnya dari mana? Kalau cuma ramai dan ingar-bingar saja, sih, itu bukan sukses," ucap dia.
Menurut Giring, Formula E bisa dikatakan berhasil jika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan jajarannya bisa membuktikan bahwa gelaran balap ini dapat mendulang keuntungan bagi kas daerah serta meningkatkan perekonomian masyarakat.
Karena itu, Giring menegaskan sejak awal Fraksi PSI DPRD DKI mendesak adanya keterbukaan penggunaan anggaran serta potensi keuntungan ekonomis yang diterima dari ajang balap mobil listrik tersebut.
"Kita harus tanya dong, itu keuntungannya berapa? Ke rekeningnya yang masuk berapa? Terus, jumlah budget cost-nya berapa? Untung atau rugi. Kalau untung, uangnya dipakai buat apa? Terus kalau rugi siapa yang nanggung? Jangan sampai nanti kalo rugi nanti yang nanggung uang pajak masyarakat," imbuh dia. [voi]