DEMOKRASI.CO.ID - Sejumlah kota di Suriah akan menjadi target operasi anti teroris Turki yang bertujuan untuk menciptakan apa yang disebutnya "zona keamanan" di wilayah selebar 30 kilometer di sepanjang perbatasan selatan.
Rencana terbaru itu disampaikan langsung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Ankara, Rabu (1/6) waktu setempat.
"Angkatan Bersenjata Turki akan meluncurkan operasi anti-teroris, yang akan menargetkan kota-kota di Suriah utara, Tal Rifat dan Manbij khususnya," kata Erdogan, seperti dikutip dari AP, Kamis (2/6).
Presiden tidak merinci tanggal pasti kapan operasi tersebut akan dimulai. Dia juga tidak mengungkapkan jumlah pasukan yang diharapkan ambil bagian di dalamnya.
“Kami memasuki fase baru tekad kami untuk membentuk zona aman sedalam 30 kilometer (20 mil) di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifaat dan Manbij dari teroris, dan kami akan melakukan hal yang sama ke wilayah lain selangkah demi selangkah," kata Erdogan.
Presiden Turki juga menuduh Moskow dan Washington gagal memenuhi komitmen mereka dan memaksakan penarikan milisi Kurdi dari wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki. Perkembangan tersebut telah mendorong Ankara untuk meluncurkan operasi untuk “melindungi bangsa” dan menghilangkan apa yang dianggapnya sebagai ancaman teroris.
Erdogan pertama kali mengumumkan rencananya minggu lalu. Pada pertengahan April, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock. Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.
Turki menganggap milisi Kurdi di Suriah utara sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) – sebuah organisasi militan yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan Turki.
PKK didirikan sebagai gerakan separatis yang mencari kemerdekaan untuk Kurdi, kemudian mengalihkan fokusnya ke otonomi yang lebih luas untuk Kurdi di Turki.
Ankara menganggapnya sebagai kelompok teroris, seperti halnya AS, UE, dan beberapa negara lain, seperti Kanada dan Australia.
Turki sendiri saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib. [rmol]