Oleh: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Dengan judul di atas, banyak orang kaget. Mungkinkah ada pasangan capres-cawapres tunggal di sistem multi partai? Apalagi pasangannya Anies Baswedan-Puan Maharani.
Kalau dilihat dari aspek pragmatis dan kepentingan egois parpol, hampir sulit gagasan Anies-Puan sebagai pasangan tunggal bisa diwujudkan. Tapi, kalau titik beratnya pada kepentingan bangsa, tidak ada yang tidak bisa diwujudkan.
Pasangan Anies-Puan bisa menjadi solusi dan jalan tengah di situasi bangsa yang telah terbelah. Meskipun kita tahu, keterbelahan selama ini ada yang sengaja terus merawatnya untuk kepentingan kelompok tertentu. Politik identitas yang selalu disalahkan dan dijadikan obyek narasi untuk merawat keterbelahan itu. Kalau dilihat dari sisi ini, kita patut pesimistis.
Namun begitu, tak ada kezaliman yang abadi. Selalu ada celah dan moment untuk mengakhiri keterbelahan dengan mengalahkan kelompok yang terus menerus merawat perpecahan bangsa itu. Dengan analisis teori konflik, anda akan menemukan siapa kelompok itu.
Jika pasangan Anies Baswedan-Puan Maharani diusung oleh semua partai sebagai calon tunggal, maka ini akan menjadi kemenangan bersama. Kemenangan semua partai. Sebuah kemenangan bangsa Jika selama ini pilpres selalu dijadikan momentum untuk saling serang dan negatif-black campaign, serta saling menjatuhkan, sekarang saatnya semua energi digunakan untuk menyatukan semua anak bangsa. Dengan bersatu, bangsa ini lebih mudah membangun masa depan.
Soal bagaimana pasangan Anies-Puan bisa diwujudkan sebagai lokomotif persatuan, hanya Presiden Jokowi yang bisa melakukannya. Tak ada yang lain. Yang dibutuhkan hanya “kemauan Presiden Jokowi”.
Pertama, Presiden Jokowi, setidaknya sampai saat ini, masih cukup kuat pengaruhnya di partai-partai koalisi pemerintah. Dengan calonkan Anies-Puan, khususnya PPP dan PAN juga tidak merasa terancam elektabilitas di Pilpres 2024.
Kedua, PDI-P tidak terancam dalam rencana hajatan suksesi di partainya. Alih kepemimpinan PDI-P dari Megawati ke Puan akan mulus dan tidak terganggu oleh kadernya. Beda jika ada kader PDI-P di luar Puan yang jadi penguasa, ini potensial untuk menjadi ancaman bagi peralihan kepemimpinan dari Mega ke Puan.
Ketiga, partai oposisi merasa mendapat ruang untuk ikut serta dalam kelola pemerintahan ke depan. Anies bukan kader partai, maka ia otimatis akan mengakomodir semua kader partai pengusung untuk ikut serta dalam mengelola pemerintahan ke depan.
Tentu, akan ada pihak-pihak yang tidak setuju dan berupaya gagalkan gagasan ini jika ada celah untuk diwujudkan. Siapa? Pertama, mereka adalah kelompok di luar partai yang tidak mendapat keuntungan jika Anies-Puan ini menjadi calon tunggal. Mereka akan kehilangan panggung pasca-Pilpres 2024. Kedua, partai-partai yang terlalu percaya diri bahwa calon dan koalisi mereka akan menang. Kalau calon dan koalisinya diyakini bisa menang, kenapa harus berbagi menu kekuasaan ramai-ramai dengan partai yang lain.
Dua kelompok ini yang akan berupaya menghadang gagasan capres tunggal ini. Bagi mereka, kepentingan bangsa nomor 12. Yang utama adalah kepentingan kelompok mereka sendiri. Dan bangsa ini sering tersesat dan amburadul karena berkuasanya kelompok ini.
Pasangan Anies-Puan sebenarnya menjadi win win solution. Lagi-lagi, ini bergantung terutama kepada Presiden Jokowi. Akankah Presiden Jokowi punya kemauan? Ya, kita tunggu.
Jakarta, 23 Juni 2022