DEMOKRASI.CO.ID - Pengamat politik Rocky Gerung menilai Ade Armando adalah korban, akan tetapi seharusnya kubu dosen UI itu tak perlu mencari-cari celah politik untuk terus mengeksploitasi aksi pembugilan.
“Media asing tidak ada pemberitaan soal pembugilan pegiat media sosial Ade Armando. Berbeda dengan media di Indonesia yang heboh memberitakan tragedi Ade Armando selama berhari-hari. Bagi media asing tidak penting memberitakan kasus Ade Armando, karena dianggap tidak ada hubungannya dengan demokrasi,” kata Rocky di chanell youtube FNN.
“Tentu Ade Armando adalah korban, maka pihak Ade Armando akan mengeksploitasi kekorbanan itu untuk mendapatkan political issuesnya,” jelasnya.
Ia menilai meski Ade adalah korban, dalam kajian demokrasi, Ade bukan lah korban, ia justru buzzer yang dilindungi negara.
“Itu yang digebuk sebetulnya. Ade Armando tidak dilihat sebagai Ade Armando yang dilindungi hukum, tetapi dia sebagai buzzer yang kebal hukum. Itu maksudnya,” paparnya.
Ia menilai Ade Armando adalah kawannya.
“Bagaimana pun dia teman saya. Tapi kita juga musti ingatkan bahwa Ade Armando ini bukan sekadar Ade Armando an sich, tapi tim di belakang itu ada Cokro Armando, ada Ade macam-macam di situ. Karena ini sebetulnya satu kelompok yang selalu mengaktifkan kebencian pada manusia itu,” tegasnya.
Rocky Gerung menegaskan bahwa dirinya tidak benci pada Jokowi.
Ia mengaku benci pada presiden yang dungu, bukan pada pribadi Jokowi.
“Tapi Cokro TV selalu menghina orang dengan sebutan Kadrun, pokoknya Islamofobia. Saya berkali-kali dibully di situ, diolok-olok segala macem, tapi saya anggap orang dungu begitu,” tegasnya. [fajar]