DEMOKRASI.CO.ID - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menepis tuduhan yang menyebutnya terlibat serangan brutal di Jalan Trans Elelim, Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua.
Insiden itu menewaskan anggota TNI AD Sertu Eka Andrianto Hasugian dan istrinya, Sri Lestari Indah Putri.
"Di Yalimo itu tidak ada kelompok kriminal, karena dari sejak nenek moyang sampai hari ini tidak ada kriminal," kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom melalui layanan pesan, Minggu (3/4).
Sebby justru menduga serangan di Yalimo itu bagian dari permainan aparat keamanan Jakarta. Namun, dia tidak memerinci pihak yang memainkan skenario itu.
"Sekali lagi kami sampaikan kepada dunia dan Indonesia bahwa pembunuhan anggota TNI dengan istrinya di Kabupaten Yalimo itu bukan oleh anggota TPNPB," bebernya.
Sebby mengatakan Yalimo adalah wilayah yang damai dan aman. Selama ini, katanya, transmigran dari luar Papua tidak pernah diusik oleh warga asli Yalimo.
"Orang Yali di Kabupaten Yalimo itu baik-baik dan tidak ada pencuri. Dari sejak nenek moyang kami, orang Yali tidak memiliki budaya pencuri," tuturnya.
Sebelumnya, Sertu Eka beserta istri dan dua anaknya dibantai orang tak dikenal di Kampung Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua, Kamis (31/3) pagi.
Sertu Eka merupakan bintara pembina desa (babinsa) Koramil 1702-07/Kurulu, sedangkan Putri adalah tenaga kesehatan (nakes) di Puskesmas Elelim, Kabupaten Yalimo.
Sertu Eka ditemukan tewas bersimbah. Dada kanannya tertembak.
Adapun Putri mengalami luka di bagian lehernya karena sabetan senjata tajam. Dia meninggal dunia saat dilarikan menuju puskesmas terdekat.
Korban aksi keji itu tak hanya Sertu Eka dan Putri. Dua anak mereka yang masih balita, masing-masing berusia empat dan lima tahun, kini dalam perawatan medis di puskesmas setempat. [jpnn]