DEMOKRASI.CO.ID - Pengamat politik Rocky Gerung baru ini menyebut bahwa Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD ternyata kerap tidak diajak rapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu diungkapkan Rocky dalam perbincangannya dengan Hersubeno Arief melalui YouTube ‘Rocky Gerung Official’ pada Selasa 8 Maret 2022.
Hersubeno awalnya menanyakan kepada Rocky bagaimana mungkin isu penundaan Pemilu bisa luput dari perhatian Mahfud. Padahal, sebagai Menko Polhukam, seharusnya bisa mengetahui banyak hal sebab menkoordinasikan intelejen negara. Bahkan, jarum jatuh pun seharusnya bisa diketahui oleh Mahfud.
Rocky menjawab, bahwa Mahfud memang tidak memiliki akses untuk mengetahui informasi seputar Istana.
“Dia tidak punya akses untuk apa yang terjadi di publik. Bahkan Pak Mahfud menjadi objek dari intelejen, bukan dia yang kuasai intelejen, jadi Mahfud itu dijadikan speaker aja oleh Jokowi supaya tampil seolah-olah ada fungsinya itu,” ujar Rocky Gerung.
Hal itu membuat Mahfud hanya mengetahui informasi yang sebatas pada tataran normatif dan praktis. Sementara, kata Rocky, dinamika politik istana sama sekali tidak ia ketahui.
“Harusnya kan Mahfud menunjukkan kemampuan dia untuk mengolah isu, kalau dia tahu semua isu. Tapi kita tahu tidak semua isu strategis Pak Mahfud diikutsertakan di dalam pembicaraan-pembicaraan istana. Itu fungsi koordinasinya akhirnya berantakan karena dia mau koordinasi apa kalau dia nggak ikut beberapa rapat strategis.” jelas Rocky.
Salah satu sebabnya, kata Rocky, karena Mahfud kerap tidak diikutkan dalam rapat strategis di Istana. Rocky menegaskan, bahwa dalam komunikasi Istana, dibagi menjadi beberapa lapis dan lingkaran. Mahfud, kata dia, bukan berada pada lapis pertama.
Barulah ketika rapat di lapis pertama tersebut selesai memutuskan sesuatu, akan melibatkan lapis kedua yang lebih banyak mengikutsertakan beberapa pihak. Pada posisi itu, Mahfud MD dilibatkan.
“Kan kita tahu Istana itu ada kelompok inner circle yang sekedar orang lingkaran pertama Jokowi yang ngomong di situ. Pak Pratikno pasti ada tiap hari. Tapi Pak Mahfud gak mungkin ada di situ. Begitulah yang disebut sebagai politik kraton.”
“Pak Jokowi datang dengan kultur itu. Hanya mereka yang dianggap ya mampu membaca sinyal tubuh Pak Jokowi atau bisa berbahasa Jawa yang pasti rapat pertama tuh. Nanti ada lingkungan lebih besar buat bicara hal-hal teknis, Pak Mahfud dilibatkan di situ,” ujar Rocky menjelaskan peta komunikasi Istana. [terkini]