DEMOKRASI.CO.ID - Gerakan budayawan sekaligus aktivis, Adhie M. Massardi dalam melakukan kontrol dan kritik sosial tidak pernah berhenti. Setelah tidak lagi menjadi Jurubicara Presiden Gus Dur, dia terus kritis dengan nyaris menggunakan semua media yang ada.
Mulai dari media sosial seperti Twitter hingga forum-forum diskusi sebagai narasumber di media massa (cetak, televisi, online). Tidak jarang Adhie Massardi juga turun langsung untuk berdemonstrasi.
Sementara gerakan yang paling khas darinya adalah melalui puisi.
Pada akhir 2009, sajaknya Negeri Para Bedebah menjadi ikon perlawanan dalam kasus korupsi “cicak vs buaya”, saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai gencar diserang kelompok politik yang korup.
Sekarang Adhie Massardi meluncurkan sajak barunya, Hikayat Anjing dan Babi. Puisi ini pernah dibacakan sebagai pembuka diskusi publik menyikapi “Beban Berat APBN 2022-2024” di sekretariat KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia), Rabu (9/3) lalu. Di KAMI Adhie duduk sebagai Ketua Komite Eksekutif.
Namun ketika dibacakan dalam forum Perhimpunan Menemukan Kembali Indonsia (Jumat, 11/3) yang digagas Rocky Gerung, Anthony Budiawan, Ferry Juliantono, Syahganda Nainggolan, Adhie Massardi dan sejumlah aktivis proDemokrasi, puisi ini sedikit direvisi. Judulnya menjadi Hikayat Negeri Anjing dan Babi.
‘Memang jadi terasa lebih tajam. Jadi ingat Animal Farm,” komentar Rocky Gerung.
Animal Farm adalah novel karya George Orwel (1945), sastrawan satiris alegoris nomor 1 di dunia. Novel fabel ini kritik habis-habisan terhadap Revolusi Rusia tahun 1917 dan kemudian ke rezim horor di Uni Soviet era Stalinis.
Tapi menurut Adhie, Hikayat Negeri Anjing dan Babi sama sekali tidak diilhami novel fabelnya George Orwel. Inspirasinya 100 persen dari melihat kondisi di negeri kita sendiri.
“Sebab kata “anjing” dan “babi” dalam sajak ini diambil dari pernyataan resma pembesar negara, orang-orang kepercayaan Presiden Joko Widodo,” kata Adhie kepada redaksi, Jumat (11/3).
Kata “anjing” dan “babi” yang dimaksud Adhie Massardi keluar dari mulut pembesar negari . Seperti pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tentang adzan yang dikaitkan dengan anjing, serta Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang bilang kedelai langka dan mahal gara-gara babi-babi di China yang jumlahnya sangat besar mengonsumsi kedelai.
Menariknya, anjing dan babi, dua binatang yang dinajiskan dalam Islam, pada sajak ini bisa menggambarkan situasi sosial politik hari ini. Anjing dan babi itu seperti bentuk metomarfosis dari “para bedebah” penguasa negeri yang dikritik Adhie Massardi pada 2009.
Berikut petikan bunyi puisi tersebut:
Hikayat Negeri: Anjing dan Babi
Sajak Adhie M. Massardi
Aku kisahkan kepada kalian
Tentang sebuah negeri
Letaknya persis di garis khatulistiwa
Pada zaman raja-raja
Para nakhoda menyebut
Ini negeri zamrud
Tapi kemudian dirundung bangkrut
Itu karena anjing-anjing kampung
Yang dipiara rakyatnya
Tak pernah berfungsi
Sebagaimana diatur dalam konstitusi
Lagaknya seperti kawanan serigala
Dalam film-film Drakula
Melolong parau menakutkan
Minta rembulan perpanjang malam
Menunda jadwal fajar bersinar
Mereka memang pecinta kegelapan
Karena sesungguhnya mereka pengecut
Itu sebabnya
Ketika babi-babi
Menggasak kedelai milik para petani
Anjing-anjing itu hilang nyali
Maka ketika tempe dan tahu
Sumber utama protein bagi rakyat
Lenyap di pasar-pasar
Mereka tak pernah perduli
Mereka ingin rakyat
Tetap bodoh
Agar anjing-anjing itu
Tetap menguasai malam
Menguasai kegelapan
Itulah saat mereka membuat
Aturan dan kebijakan
Maret 2022.