DEMOKRASI.CO.ID - Sikap tidak netral Lebanon atas konflik Rusia dan Ukraina mendapat sorotan dari Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Dalam pernyatannya yang disampaikan pada Selasa (8/3), Nasrallah mengkritik pemerintah Lebanon karena memilih untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina selama resolusi Dewan Keamanan PBB awal bulan ini.
“Kamu bisa saja abstain. Apa yang Anda khawatirkan? Bahwa Amerika akan memotong listrik pada saat itu terputus atau untuk memotong aliran dolar yang terjadi, atau gas," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari AP, Rabu (9/3).
Pemimpin Hizbullah mengatakan bahwa Lebanon seharusnya abstain dalam pemungutan suara. Nasrallah dalam pernyatannya mengklaim bahwa negara-negara barat “mendorong Ukraina ke dalam mulut naga.”
Hal itu dikatakannya seraya mengklaim bahwa negara-negara barat telah sengaja mendorong Ukraina untuk menolak kesepakatan apa pun antara Ukraina dan Rusia.
“Amerika dan sekutunya Inggris, seluruh Uni Eropa, mendorong Ukraina ke mulut naga dan tentu saja melalui perhitungan yang rumit karena Biden telah mengumumkan strateginya di mana dia mengatakan bahwa prioritasnya adalah pertempuran dengan Rusia dan China,” kata Nasrallah.
Nasrallah juga mengklaim bahwa pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Lebanon mengutuk invasi Rusia di Ukraina diubah atas permintaan kedutaan AS Lebanon untuk membuatnya lebih keras.
“Yang buruk itu bukan hanya dikte, tapi saya sudah konfirmasi itu dikirim ke kedutaan AS dan kedutaan AS meminta beberapa perubahan konten agar lebih keras. Pernyataan yang dikeluarkan oleh kementerian luar negeri Lebanon ini ditulis di kedutaan AS,” tuduhnya tanpa memberikan bukti apa pun.
Hizbullah bersekutu erat dengan Presiden Suriah Bashar Assad yang didukung Rusia.
Pejuang Hizbullah dan militer Rusia bersama-sama membantu pemimpin Suriah selama 11 tahun perang saudara di negara itu. [rmol]