DEMOKRASI.CO.ID - Seperti diketahui, belakangan ini publik memang ramai membicarakan soal potongan ceramah Ustaz Khalid Basalamah terkait pemusnahan wayang.
Hal tersebut kemudian menimbulkan pro dan kontra, bahkan usai sang ustaz memberikan klarifikasi dan meminta maaf ke publik.
Namun, terbaru, kritikan kembali datang. Salah satunya dari sosok penceramah Gus Miftah yang beberapa waktu lalu menggelar pagelaran wayang di pondok pesantren miliknya.
Nah, dalam pertunjukan yang digelarnya tersebut, rupanya da karakter tokoh wayang mirip Ustaz Khalid Basalamah.
Dalam cerita wayang yang beredar di media sosial, karakter mirip Ustaz Khalid Basalamah seolah diolok-olok dalam bahasa Jawa.
Oleh karena itulah banyak publik yang lantas menyayangkan hal tersebut dilakukan dalang di tempat Gus Miftah.
Salah satu sosok yang turut menyayangkan adalah Wakil Sekretaris LBM PBNU, KH Mahbub Maafi.
Ia menyebut cara Gus Miftah dalam menanggapi isu wayang yang sedang ramai dibahas tidaklah bijaksana sehingga mengingatkan untuk jangan dibikin nyinyir.
Kyai Mahbub menilai membuat wayang yang mirip dengan Ustaz Khalid Basalamah dan menggelar pertunjukannya sebagai hal yang berlebihan.
“Jangan dibikin nyinyir, dijawab dengan jawaban satir. Enggak bijak menurut saya,” ungkapnya, dilansir dari Suara, jaringan terkini.id, pada Selasa, 22 Februari 2022.
“Orang itu perlu bijaksana, tapi perlu juga bijak sini,” sambungnya.
“Bijak sana-nya sudah, Ustaz Khalid sudah minta maaf. Bijak sini-nya, enggak usahlah kita bikin yang heboh-heboh seperti ini.”
Tokoh NU itu juga mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki banyak persoalan yang lebih utama dibahas dan dicarikan solusinya.
“Enggak usah berpolemik soal wayang ini. Toh, Ustaz Khalid Basalamah sudah meminta maaf, sudah menyadari terkait pendapatnya soal wayang.”
Lebih lanjut, ia mengatakan perbedaan pendapat merupakan keniscayaan yang perlu ditanggapi dengan cara yang bijak.
Katanya, seseorang tidak bisa memaksakan pendapatnya kepada orang lain, apalagi membalasnya dengan olokan.
Kendati demikian, Kiai Mahbub sendiri mengaku sebenarnya tidak sependapat dengan Ustaz Khalid terkait hukum wayang.
Namun, baginya, perdebatan soal wayang ini memang sudah ada sejak lama yang tidak perlu dibesar-besarkan.
“Isu lama sebenarnya ini, hanya kemudian dikemukakan Khalid Basalamah, tapi dari zaman dahulu juga ada yang begitu (perdebatan soal wayang),” tuturnya.
“Penggunaan itu (wayang) pun awalnya juga melalui perdebatan dulu, tidak diputuskan Wali langsung seperti itu. Ibaratnya, ada bahtsul masail dulu baru dicarikan jalan keluar, kemudian dibolehkan setelah melalui pertimbangan hukum.”
Ia kemudian berpesan agar semua pihak lebih bijak dalam berpendapat dan bijak dalam merespons pendapat orang lain.
Terlebih, sebagian masyarakat saat ini disebutnya sulit menerima pendapat yang berbeda dengannya.
“Orang beda pendapat itu kan biasa-biasa saja. Kita ini susah menghadapi perbedaan pendapat. Ini sama, baik yang setuju dengan wayang maupun yang tidak,” pungkas sang kiai NU. [terkini]