DEMOKRASI.CO.ID - Di tengah memuncaknya eskalasi Rusia, sejumlah toko senjata di Ukraina dipadati pembeli pada Rabu (23/2) waktu setempat. Mereka rela mengantre demi membeli senjata, amunisi, dan senapan sniper menjelang kemungkinan invasi Rusia.
Dengan keadaan darurat yang akan diumumkan, parlemen Ukraina akhirnya menyetujui rancangan undang-undang yang memberikan izin kepada warga Ukraina untuk membawa senjata api. Ini bertolak belakang dengan larangan sebelumnya, di mana pemerintah melarang warga meninggalkan rumah dengan senjata mematikan.
Kebanyakan orang Ukraina baik laki-laki maupun perempuan belajar menembak di sekolah-sekolah. Sekitar 400.000 orang diperkirakan memiliki pengalaman tempur, menyusul pencaplokan Krimea oleh Vladimir Putin pada 2014 dan pemberontakan bersenjata yang didukung Moskow di timur.
Namun ancaman dalam beberapa hari terakhir dari kemungkinan serangan di Kiev telah menyebabkan warga berburu untuk membeli senjata, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejumlah model senjata, seperti senapan serbu AR-10 dan AR-15 banyak diminati pembeli.
“Tentu saja saya khawatir dengan situasinya,” kata seorang warga bernama Dariia Olexandrivna, berbicara di ruang bawah tanah toko senjata Praporshyk, di jalan Pushkin pusat Kiev, seperti dikutip dari AP, Kamis (23/2).
“Saya berharap yang terbaik tetapi mempersiapkan segalanya,” ujarnya.
Olexandrovna mengatakan dia dan suaminya memulai kursus menembak enam bulan lalu, ketika ketegangan dengan Moskow mulai meningkat. Mereka mengaku memiliki dua pistol. Dia datang untuk membeli 400 peluru karet.
“Saya melihat pidato Putin pada hari Senin. Saya pikir dia cukup bodoh untuk melakukannya. Dia membenci orang Ukraina,” katanya.
Di toko senjata Stvol, sekitar selusin pria menunggu dengan sabar di depan konter kaca. Toko ini menjual senapan, pistol, pisau, dan perlengkapan berkemah, serta brankas yang tidak praktis dan model babi hutan berukuran sedang dari kuningan. Pemilik mengatakan dia telah diberitahu untuk tidak berbicara.
Seorang pelanggan bernama Zhenya Nedashkvskyi, mengatakan dia mampir untuk membeli senapan aksi pompa.
"Itu tidak akan menghentikan Rusia," akunya.
“Saya ingin melindungi rumah saya dari penjarah. Situasi menjadi panas. Itu bisa menjadi lebih buruk,” lanjutnya.
Nedashkvskyi mengatakan dia ingin melindungi orang tuanya yang sudah lanjut usia yang tinggal di kota Smila di wilayah Cherkasy, sekitar 200 km di selatan ibu kota. Dia mengatakan bahwa dirinya tertarik pada model Veryon buatan Turki, seharga 17.520 hryvnia Ukraina (sekitar 600 dolar AS).
"Saya akan mendapatkan itu atau serupa," katanya.
Mantan menteri pertahanan Ukraina Andriy Zagorodnyuk mengatakan senjata telah lama menjadi bagian dari budaya nasional.
“Orang-orang tidak menyerbu pompa bensin atau toko tetapi mereka membeli senjata untuk melindungi diri mereka sendiri. Itu pertanda baik,” katanya.
Selama 24 jam terakhir, pemerintah Ukraina telah mengambil langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan, setelah sebelumnya meremehkan kemungkinan konflik. Pembatasan pergerakan, pertemuan massal, pertemuan politik, dan konser dan pertandingan olahraga, sedang diusulkan.
Dalam pidatonya pada hari Selasa, presiden, Volodymyr Zelensky, mengumumkan mobilisasi cadangan yang dimulai dengan 36.000 orang, dengan veteran dipanggil kembali untuk tugas aktif. Dia juga menyuruh warga Ukraina untuk meninggalkan Rusia. [rmol]