DEMOKRASI.CO.ID - Pegiat media sosial Nicho Silalahi mendukung seruan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi soal pengeras suara azan.
Diketahui, Edy Rahmayadi dalam sebuah video yang beredar memerintahkan agar mengeraskan suara azan. Dengan begitu perintah tersebut tidak sejalan dengan Surat Edaran Kementrian Agama.
Merespon pernyataan itu, Nicho Silalahi mengaku bangga sekaligus menyerukan respon Gubernur lain untuk melakukan hal serupa.
“Kapok ga ada harga lo dihadapan Gubernur gue, Nah Gubernur Yang Lain Mana Suaranya?” Ujar Nicho melalui akun Twitternya @Nicho_Silalahi pada Jumat 25 Februari 2022.
Menurut Nicho, persoalan azan ini sebenarnya tidak dipermasalahkan oleh nonmuslim di daerah asalnya, Sumatera Utara. Justru, dengan adanya suara azan masyarakat merasa terbantu.
“Biar Lo Tahu Justru Disumut Banyak Kafir Yang Ga Pernah Terusik Dengan Suara Azan, Bahkan Banyak Yang Terbantu Dengan Adanya Suara Azan,” ujar Nicho.
Karena itu, kata Nicho, hanya setan yang merasa terganggu dengan suara azan.
“Hanya Setan Yang Kepanasan Dengar Suara Azan, Ia gak sih? Kata Nicho menegaskan.
Diketahui, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Thobib Al Asyhar menyebut Menag Yaqut tidak pernah membandingkan azan dengan gonggongan anjing saat berbicara di Riau.
“Menag sedang mencontohkan tentang pentingnya pengaturan kebisingan pengeras suara,” tegas Thobib melalui keterangan persnya, Kamis 24 Februari 2022.
Dikatakan, Gus Yaqut sebenarnya hendak menjelaskan bahwa dalam kehidupan yang plural diperlukan toleransi.
Penjelasan itu disampaikan Gus Yaqut ketika ditanya wartawan soal alasan terbitnya SE Nomor 05 Tahun 2022.
Dia menyebutkan bahwa Menag Yaqut pengin ada pedoman bersama agar harmoni tetap terawat dengan baik di masyarakat.
Termasuk, tentang pengaturan kebisingan pengeras suara apa pun yang bisa membuat tidak nyaman.
Dalam penjelasan itu, tutur Thobib, Gus Yaqut memberi contoh sederhana tentang gonggongan anjing dan tidak dalam konteks membandingkan satu dengan lainnya. [terkini]