DEMOKRASI.CO.ID - Menurut daftar "improbable but possible" yang dirilis Invesco tahun 2022, harga Bitcoin bisa jatuh di bawah US$ 30.000 tahun ini karena kemunculan gelembung kripto.
"Pemasaran massal bitcoin mengingatkan kita pada aktivitas pialang saham menjelang kehancuran 1929," kata Paul Jackson, kepala alokasi aset global perusahaan investasi AS, dalam sebuah catatan yang dirilis Senin (17/1/2022).
"Kami pikir tidak terlalu berlebihan untuk membayangkan bitcoin jatuh di bawah US$ 30.000 tahun ini," kata Jackson.
Jackson menambahkan, dirinyaa yakin setidaknya ada 30% kemungkinan hal itu terjadi.
Catatan Business Insider menunjukkan, harga Bitcoin melonjak pada tahun 2021 dari sekitar US$ 33.000 pada awal tahun menjadi US$ 69.000 pada bulan November, sebelum akhirnya jatuh hingga akhir tahun di sekitar US$ 46.000.
Berdasarkan harga di bursa Bitstamp, cryptocurrency pertama dan terbesar di dunia sejak itu merosot lebih jauh untuk kemudian diperdagangkan di kisaran US$ 42.319 pada hari Senin.
Jackson mengatakan bitcoin dapat dilihat sebagai mania keuangan, yang berarti kerugian besar akan segera terjadi.
"Kerugian 45% dialami dalam 12 bulan setelah puncak merupakan ciri khas mania keuangan," tulisnya.
Sumber: Business Insider | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Informasi saja, mania keuangan bisa disebut juga gelembung ekonomi adalah situasi di mana harga aset jauh lebih tinggi daripada yang dapat dibenarkan oleh fundamental yang mendasarinya.
Gelembung terkadang disebabkan oleh proyeksi yang tidak mungkin dan terlalu optimis tentang masa depan. Ini juga dapat digambarkan sebagai harga yang sangat melebihi nilai intrinsik aset.
Jika bitcoin mengikuti pola itu, harganya akan turun menjadi kisaran US$ 34.000 dan US$ 37.000 pada bulan Oktober. Tetapi Jackson mengatakan penurunan yang lebih curam mungkin terjadi, dan aset digital bisa turun di bawah US$ 30.000.
Tetapi, ahli dari Investo memperingatkan, skenario itu jauh dari pasti. “Tahun lalu, kami berbicara tentang bitcoin yang turun di bawah US$ 10.000, tetapi malah mencapai puncaknya sekitar US$ 68.000,” katanya.
Namun ada tanda-tanda yang berkembang bahwa investor khawatir tentang prospek bitcoin dan cryptocurrency.
Bank investasi UBS menerbitkan catatan pada minggu lalu yang melihat apakah ada kemungkinan pasar kripto menuju "musim dingin" terbaru - periode ketika harga turun tajam dan gagal pulih selama lebih dari setahun.
Menurut analis UBS, yang dipimpin oleh James Malcolm, kenaikan suku bunga dari Federal Reserve pada tahun 2022 dapat mengurangi daya tarik cryptocurrency seperti bitcoin di mata banyak investor.
Mereka juga mengatakan ada juga kesadaran yang berkembang di antara investor kripto bahwa bitcoin bukanlah "uang yang lebih baik," karena sangat fluktuatif dan pasokannya yang terbatas membuatnya tidak fleksibel. []