DEMOKRASI.CO.ID - China dibuat geram dengan resolusi yang diadopsi oleh parlemen Prancis baru-baru ini. Pasalnya resolusi itu menyebut adanya genosida di Xinjiang.
Pada Kamis (20/1), parlemen Prancis mengecam genosida China terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Resolusi tidak mengikat, diadopsi dengan 169 suara mendukung dan hanya satu menentang, diusulkan oleh Sosialis oposisi di Majelis Rendah Parlemen.
Sesuai resolusi yang diadopsi, Majelis Nasional secara resmi mengakui kekerasan yang dilakukan oleh China terhadap Uighur sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.
"China adalah kekuatan besar. Kami mencintai orang-orang China. Tapi kami menolak untuk tunduk pada propaganda dari rezim yang mengandalkan kepengecutan dan ketamakan kami untuk melakukan genosida di depan mata," kata ketua partai Sosialis, Olivier Faure.
Resolusi tersebut juga menyoroti kondisi kamp interniran di Xinjiang, di mana pelanggaran hak asasi manusia terjadi, kerja paksa, pelecehan seksual, hingga transplantasi organ.
Pada hari yang sama, Kedutaan Besar China di Prancis mengeluarkan pernyataan sebagai penolakan atas resolusi tersebut.
Kedutaan menyebut resolusi tersebut dengan sengaja mencoreng nama China dan mencampuri urusan dalam negeri. Resolusi tersebut juga telah merusak hubungan kedua negara.
Menolak istilah "genosida", kedutaan menyebutnya sebagai prasangka dan tindakan permusuhan terhadap China.
"China telah mengadakan dialog yang kuat dengan Prancis mengenai masalah ini pada banyak kesempatan dan di berbagai tingkatan, dan memperjelas dan serius bahwa masalah terkait Xinjiang bukanlah masalah etnis, agama atau hak asasi manusia, tetapi anti-terorisme, deradikalisasi dan masalah anti-separatisme, yang berkaitan dengan kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan nasional China," kata pernyataan itu.
Resolusi serupa disahkan oleh parlemen di Inggris, Kanada, dan Belanda pada tahun lalu. []