DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengingatkan tentang kurangnya informasi soal vaksin virus Corona (COVID-19) buatan China. Macron menyebut vaksin China mungkin bahkan mendorong pengembangan varian-varian lain jika tidak efektif melawan virus Corona.
Seperti dilansir AFP, Jumat (5/2/2021), Macron menyampaikan peringatan itu dalam forum think-tank Atlantic Council pada Kamis (4/2) waktu setempat.
Dalam pernyataannya, Macron mengakui bahwa 'keberhasilan diplomatik' awal China dalam mendistribusikan vaksin Corona ke negara lain dapat dilihat sebagai 'sedikit memalukan bagi kami sebagai pemimpin (negara Barat)'.
Namun dia mengingatkan bahwa kemanjuran vaksin Corona buatan Sinopharm atau Sinovac tidak diketahui jelas karena 'sama sekali tidak ada informasi' yang dibagikan soal uji coba klinisnya.
"Artinya dalam jangka menengah hingga jangka panjang, hampir bisa dipastikan jika vaksin ini tidak tepat maka itu akan memudahkan kemunculan varian baru, itu jelas tidak akan memperbaiki situasi negara-negara ini," cetus Macron.
Komentar Macron ini disampaikan sehari setelah Kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mendesak Rusia dan China untuk 'menunjukkan semua data' jika kedua negara itu ingin vaksin buatan negara mereka disetujui di kawasan Uni Eropa.
Pekan lalu, Macron juga meragukan vaksin Corona buatan perusahaan Inggris-Swedia, AstraZeneca, yang disebutnya tampak tidak efektif untuk orang-orang berusia 65 tahun ke atas -- meskipun otoritas Eropa menyetujui penggunaannya untuk orang dewasa dari segala usia.
Muncul juga kekecewaan di Prancis setelah perusahaan farmasi terkemuka, Sanofi, dan pusat penelitian terkemuka, Pasteur Institute, mengalami kemunduran dalam upaya mereka mengembangkan vaksin Corona.
Perburuan vaksin Corona membuat negara-negara di dunia bersaing untuk mengembangkan dan mendistribusikan vaksin ke negara lain, sebagai cara meningkatkan pengaruh diplomatik dan ekonomi, juga martabat mereka.
Hungaria dan Serbia akan menggunakan vaksin Sinopharm di Eropa, sedangkan China menyumbangkan atau menjual vaksin buatannya ke berbagai negara di seluruh dunia mulai dari Pakistan hingga Turki, Uni Emirat Arab dan negara-negara Afrika Barat.
Berbicara untuk mendukung pendekatan multilateral yang dipimpin Barat, Macron menyatakan dirinya meyakini bahwa 'dalam jangka panjang kita bisa lebih efisien'.[]