DEMOKRASI.CO.ID - Kehadiran para buzzer di media sosial kembali menuai kritik luas. Buzzer dianggap kebablasan dengan menyerang mereka yang mengkritik pemerintah Jokowi.
Politikus PDIP Hendrawan Supratikno punya anggapan tersendiri. Menurut dia, apa yang menjadi pekerjaan para buzzer ini seharusnya ditanggapi secara arif.
Sebab, para pelaku buzzer bekerja dan mendapatkan penghasilan dari profesi itu.
"Kita sikapi dengan arif. Itu juga jenis pekerjaan baru. Rezeki mereka dari kegiatan tersebut," kata Hendrawan, Rabu (10/2).
Anggota DPR Fraksi PDIP ini hanya berpesan agar masyarakat di luar sana bisa menyaring dengan baik informasi yang beredar luas. Termasuk informasi yang disebarkan para buzzer itu.
"Kita pandai-pandai menjaring dan menyaring narasi dan makna," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai musuh terbesar dunia pers saat ini adalah para buzzer di medsos yang tak memiliki tanggung jawab kebangsaan.
"Musuh terbesar dunia pers saat ini, khususnya pers online melalui jalur media sosial, ialah para buzzer yang minim tanggung jawab kebangsaan, etika cover both sides dan keadaban mulia," kata Haedar, Rabu (9/2).
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid meminta agar pemerintah membubarkan para buzzer ini. Sebab, para buzzer telah membuat masyarakat tak leluasa mengkritik pemerintah.
"Harusnya para buzzer dibubarkan, jadi mereka- mereka yang membuat publik atau rakyat tidak leluasa mengkritik karena selalu dibully melalui para buzzer itu harusnya para buzzer ini dihilangkan, dibubarkan," kata Hidayat, Rabu (10/2). (*)