DEMOKRASI.CO.ID - Kasus korupsi proyek infrastruktur yang melibatkan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengejutkan sekaligus mencoreng nama baik warga Sulawesi Selatan. Nurdin Abdullah yang telah ditetapkan sebagai tersanga dan ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tadinya adalah tokoh yang sangat dibanggakan dan menjadi panutan warga Sulsel.
Ketua Umum Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT) Annar S. Sampetoding mengatakan dirinya sangat kaget, kecewa, dan malu.
“Terus terang, sebagai warga Bugis Makassar, kami kaget, kecewa dan malu sekali. Karena yang ditangkap ini kan pemimpin tertinggi daerah Sulawesi Selatan. Sekaligus panutan warga Bugis-Makassar dimanapun mereka berada,” kata Annar yang dikenal sebagai pengusaha hasil hutan papan yang juga pemilik PT Sulwood.
Mantan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu, mengatakan, dirinya sangat bangga karena banyak putra Bugis-Makassar yang beprestasi, baik di tingkat lokal maupun nasional dan bahkan internasional.
“Kita di Indonesia Timur ini sangat tertinggal pembangunannya. Padahal semua sumber daya alam yang dibutuhkan industri global ada di sini”, ujarnya lagi dalam keterangan yang diterima redaksi.
Sementara tokoh muda Sulsel, Andi Ilhamsyah Mattalatta, juga mengatakan dirinya sedih.
“Bagaimanapun, beliau putra daerah yang berpestasi (membuat) kita semua bangga,” katanya dalam keterangan yang sama.
Andi Ilhamsyah Mattalatta juga menyampaikan keprihatinan dirinya atas penggusuran Stadion Olah Raga “Andi Mattalatta” atau Mattoanging oleh pemerintah Sulsel di era Nurdin Abdullah.
Akibat penggusuran stadion tanpa alasan yang jelas, sejumlah kegiatan olahraga menjadi terganggu.
“Kami berharap Gubernur baru segera memikirkan pembangunan stadion pengganti yang memadai. Supaya kegiatan pelatihan tidak terlantar,” ujarnya.
Baik Annar Sampetoding maupun Andi Ilhamsyah Mattalatta berpendapat, budaya leluhur Bugis-Makassar yang terkenal, seperti getteng (tegas alias konsisten), lempu (senantiasa menjunjung tinggi sikap jujur), dan ada tongeng (satunya kata dan perbuatan) harus bersama-sama dibangkitkan kembali.[rmol]