DEMOKRASI.CO.ID - Seorang penulis terkemuka sekaligus penentang keras Hizbullah asal Lebanon, Lokman Slim, ditemukan tak bernyawa di dalam mobilnya di Lebanon selatan pada Kamis (4/2) pagi waktu setempat.
Beberapa jam sebelumnya, Slim sempat dinyatakan hilang saat berkendara ke ibukota Beirut. Dia mengunjungi teman-temannya di desa selatan dan diharapkan kembali ke Beirut pada hari yang sama, namun tidak ada kabar lagi setelah itu.
Polisi mengatakan, komentator politik terkenal berusia 59 tahun tersebut tewas akibat luka tembak di kepalanya.
Beberapa menit setelah kematiannya dikonfirmasi, Jawad Nasrallah, putra pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, men-tweet sebuah cuitan yang cukup mencurigakan.
"Hilangnya beberapa orang sebenarnya adalah keuntungan yang tidak direncanakan #notsorry," cuitnya, seperti dikutip dari The Guardian.
Tak lama, dia menghapus pesan itu dan mengklaim bahwa cuitannya tidak mengacu pada Slim.
Pembunuhan intelektual Lebanon relatif jarang terjadi, dan pembunuhan Slim adalah yang pertama sejak pembunuhan profesor sejarah dan jurnalis Samir Kassir 16 tahun lalu.
Bagi teman-temannya, Slim adalah kritikus tak kenal takut terhadap politisi kuat Lebanon, Hizbullah, dan sekutunya Iran dan Suriah, dan sumber utama dalam sejarah perang saudara Lebanon. Pembunuhannya ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ketegangan politik Lebanon dapat berubah menjadi gelombang pembunuhan baru.
"Dia dicintai, dia rendah hati dan orang-orang mencintainya," kata saudara perempuan Slim, Rasha Slim dalam sebuah pernyataan.
“Lawannya telah kehilangan pejuang mulia yang tinggal di antara mereka, dan memperdebatkan mereka dengan kecerdasan, nalar, dan dengan cinta. Ini adalah kerugian bagi seluruh Lebanon," ujarnya. Ia juga mengatakan mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab tanpa menyebutkan nama atau kelompok yang dia curigai.
Dalam beberapa bulan terakhir sebelum kematiannya, Slim telah memberi tahu teman dan pengunjung rumah dan studionya di pinggiran selatan Beirut bahwa musuh-musuhnya telah mengancamnya.
Kantornya berada di jantung benteng Hizbullah di Dahiyeh, di mana dia kerap berbicara menentang kelompok dan posisinya.
Hizbullah mencapnya sebagai seorang Muslim Syiah yang berbalik melawan kelompok itu.
Dua tahun lalu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menggambarkan Slim sebagai 'Kedutaan Syiah', merujuk pada kontak dekatnya dengan diplomat asing. (RMOL)