DEMOKRASI.CO.ID - Imbas kudeta Partai Demokrat makin meluas. Marzuki Alie yang dituding terlibat, melawan. Marzuki Alie menyebut PD di bawah Ketum AHY seperti partai keluarga atau dinasti.
Sekjen Partai Demokrat 2005-2010, Marzuki Alie, melontarkan kritikan kepada Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Kritikan Marzuki Alie ini bisa disaksikan di video yang berjudul “Marzuki Alie Blak-blakan Kritik AHY dan SBY”. Seperti disadur Pojoksatu dari video Blak-blakan detikcom, Jumat (5/2/2021).
Marzuki Alie menyampaikan keluhan sejumlah kader Partai Demokrat di daerah yang mengaku dimintai sejumlah dana untuk bisa ikut Pilkada di daerah.
“Keluhan ini tidak bisa saya klarifikasi. Tapi memang harusnya kekurangan kader yang akan bertarung di daerah ditambahkan oleh DPP. Jangan orang mau bertempur pelurunya diambilin,” kata Marzuki Alie, Rabu (2/2/2021).
Ketua DPR RI 2009-2014 mencontohkan, saat dirinya menjadi Sekjen Partai Demokrat, para elit di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) selalu membantu kader-kader di daerah yang sedang bertarung di Pilkada.
Bahkan, bila ada pengurus daerah datang ke Jakarta, biasanya akan dibantu untuk penginapan dan diganti biaya transportasinya.
Marzuki Alie juga mengkritik pola rekrutmen calon kepala daerah yang hanya mengandalkan hasil survei dan rekomendasi elit tertentu saja.
Akibatnya kader kecewa dan marah karena mereka tak ikut diperhitungkan.
“Di zaman saya ada mekanisme penyaringan untuk para calon kepala daerah, selain survei. Tidak ujug-ujug direkomendasikan seseorang di pusat, sehingga kader asli kemudian kecewa dan marah,” papar Marzuki.
Hal lain yang hilang dari PD adalah soal pelatihan kader dan kepemimpinan yang tak lagi dijalankan. Akibatnya di partai itu seolah tak ada tokoh yang bisa memimpin.
Di masanya, Marzuki mengaku membuat Pelatihan Kader dan Kepemimpinan Partai.
“Cara ini efektif mengantarkan PD menjadi pemenang pemilu 2009,” klaimnya.
Marzuki Alie juga mengungkit kapasitas Mayor Purn AHY dalam memimpin Partai Demokrat.
Seharusnya, kata Marzuki Alie, pemimpin partai dipilih karena wawasan, pengalaman, dan kearifannya.
Bukan semata karena popularitasnya di survei.
“Kan aneh. Kok ada kader yang bilang karena AHY surveinya paling tinggi maka dipercayakan jadi ketua umum. Lo, ini mau ngurus partai atau jadi capres?”katanya.
Kelemahan lain yang dikritik Marzuki Alie adalah kearifan AHY. Sebagai orang muda yang baru memimpin PD dia tak pernah berkomunikasi dengan para pendahulu dan senior-senior lain.
Padahal menyapa para senior itu adalah salah satu indikasi sikap kenegarawanan.
Dia juga mengkritik perjalanan Partai Demokrat yang seolah menjadi partai keluarga atau dinasti.
Di awal pendiriannya, Partai Demokrat diharapkan menjadi partai moderen yang dimiliki publik. Menjadi partai yang tidak berdasarkan kemauan seseorang tapi sistem.
“Waktu KLB di Bali, SBY pernah pidato akan memimpin Demokrat untuk sementara. Jangan SBY lagi, jangan keluarga SBY lagi,” ungkap Marzuki Alie.[psid]