DEMOKRASI.CO.ID - Sikap dan pernyataan keras Erdogan yang mengutuk gerakan LGBT di tengah gelombang protes mahasiswa, mendapat teguran tajam dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Washington mengatakan pihaknya mengutuk keras retorika anti-LGBT tersebut, dan Brussels mengatakan pidato kebencian yang ditampilkan oleh pejabat tingkat tinggi tidak dapat diterima.
Tapi Erdogan menanggapi santai kecaman tersebut.
"Jangan perhatikan apa yang dikatakan para lesbian itu," katanya usai melaksanakan ibahah shalat Jumat kepada sekelompok pendukungnya, seraya menambahkan bahwa kritikus Barat memiliki masalah rumah tangga mereka sendiri yang harus ditangani.
"Apa kau tidak malu dengan apa yang terjadi setelah pemilu?" tanya Erdogan dalam komentar yang ditujukan kepada Amerika Serikat, seperti dikutip dari AFP, Jumat (5/2).
"Dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Anda tidak bisa menyelesaikan protes jaket kuning," katanya mengacu pada gerakan protes di Prancis sejak akhir 2018.
"Kami tidak memiliki masalah seperti itu di sini," kata Erdogan.
Erdogan menuding lawan politik berada di balik aksi mahasiswa yang telah mengguncang Turki selama sebulan terakhir.
Gerakan protes mahasiswa dimulai ketika Erdogan memutuskan untuk menunjuk seorang loyalis partai sebagai rektor Universitas Bogazici elit Istanbul pada awal tahun ini. Sejak itu, aksi protes terus meluas hingga mendapat dukungan dari beberapa kekuatan politik dan serikat kiri.
Erdogan sendiri telah melancarkan serangan verbal setiap hari terhadap demonstrasi yang semakin membesar dan mengakibatkan ratusan penangkapan minggu ini.
Namun, dia mengatakan aksi unjuk rasa yang menyebabkan penahanan puluhan orang di Istanbul dan kota-kota besar lainnya pada hari Kamis itu, tidak didorong oleh para pelajar tetapi militan Kurdi ilegal 'di pegunungan' dan 'beberapa sarjana'.
"Acara di Bogazici tidak ada hubungannya dengan siswa kami di sana," kata Erdogan.
"Politik sedang menuju ke sana. Kami tidak akan mengizinkan anak-anak di sana untuk 'dijual' ke organisasi teror," ujarnya. (RMOL)