DEMOKRASI.CO.ID - Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tercatat terkontraksi sebesar 2,07 persen. Angka ini baru saja disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut Ketua BPS Suhariyanto, negatifnya pertumbuhan ekonomi secara kumulatif ini merupakan kali pertama terjadi dalam 20 tahun terakhir. Tepatnya sejak krisis moneter pada 1998.
"Untuk pertama kalinya ekonomi Indonesia kontraksi sejak 1998. 1998 karena krisis moneter dan 2020 pandemi," ujar Suhariyanto dalam rilis BPS secara virtual, Jumat (5/2).
Dalam tabel pertumbuhan ekonomi sejak 2011 yang ditunjukan Kepala BPS ini, tampak rata-rata selalu berada di angka 5 hingga 6 persen. Hanya pada tahun 2014 ekonomi Indonesia berada di angka 4,88 persen.
Meski demikian, menurut Suhariyanto, tren negatif ini bukan cuma Indonesia sendiri yang merasakan. Sejumlah negara berada di situasi yang sama atau bahkan jauh lebih parah.
Seperti Amerika Serikat yang kontraksi sebesar 3,5 persen, kemudian Singapura minus 5,8 persen, Korea Selatan minus 1,01 persen serta Uni Eropa minus 6,4 persen.
Sebagian besar negara diketahui memang jatuh ke jurang resesi sejak kuartal III 2020. Hanya ada dua negara yang tumbuh positif, yakni China dan Vietnam.
Adapun sektor yang mengalami kontraksi terdalam yakni transportasi dan pergudangan sebesar 15,04 persen. Selanjutnya akomodasi dan makan minum sebesar 10,22 persen, jasa perusahaan 5,44 persen, jasa lainnya 4,10 persen, penjualan mobil dan sepeda motor 3,72 persen.
Sementara sebaliknya sektor yang tumbuh positif seperti jasa kesehatan dan kegiatan sosial 11,60 persen, telekomunikasi 10,58 persen, real estate 2,32 persen, pertanian dan perikanan sebesar 1,75 persen. []