DEMOKRASI.CO.ID - Kerumunan yang terjadi di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat Presiden Joko Widodo melintas masih menuai pro dan kontra. Alasan pihak istana bahwa kerumunan yang terjadi adalah spontanitas masih terus diperdebatkan.
Aktivis Kolaborasi Warga Jakarta, Andi Sinulingga salah satu yang menyayangkan kerumunan itu terjadi. Sebab, wabah corona masih belum melandai, sementara kerumunan merupakan salah satu penyebab sebaran terjadi.
Secara khusus dia menyayangkan sikap dari Presiden Joko Widodo yang menghentikan laju mobil tumpangannya. Jokowi bahkan menyempatkan diri muncul di sunroof mobil kemudian menyapa dan melempar souvenir ke rakyat.
Presiden Jokowi, sebenarnya bisa mencegah kerumunan massa yang oleh istana disebut terjadi secara spontan itu. Caranya dengan tetap melaju dan mengerahkan pasukan Paspampres mensterilkan jalan.
Hal serupa, katanya, pernah dilakukan Jokowi saat bersepeda ke Stadion Kridosono, Yogyakarta bersama komunitas sepeda onthel.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Taufik Irvani pada 26 Maret 2019, tampak Jokowi bersama Ibu Negara, Iriana Jokowi bersepeda tanpa berhenti sekalipun banyak masyarakat antusias di pinggir jalan.
Sementara Paspampres terus menjaga agar warga tidak merangsek mendekati presiden.
“Jika Jokowi mau, dia bisa minta Paspamres seperti ini untuk tak terjadi kerumunan di NTT,” ujar Andi Sinulingga kepada redaksi, Jumat (26/2).
Menurutnya, jika Paspampres mau, apapun bisa dibuat. Sementara menghalau kerumunan masyarakat merupakan pekerjaan yang terbilang mudah bagi Paspampres.
Kini Andi Sinulingga pun bertanya-tanya, jangan-jangan kerumunan yang terjadi bukan merupakan aksi spontanitas.
“Jadi kerumunan NTT itu spontanitas atau sengaja dirancang?” tanyanya mengakhiri. []