DEMOKRASI.CO.ID - Nursaman (68) tengah terduduk di tepi Jalan Minangkabau, Manggarai. Ia mengenakan kemeja tangan pendek bermotif kotak-kotak biru sambil bersandar di pembatas jalan.
Sebatang rokok terselip di antara jemari tangannya. Rambut, kumis, dan janggut Nursaman sudah memutih dimakan usia.
Nursaman merupakan sosok yang disebut tunawisma dalam rilis Kementerian Sosial. Ia mengakui dirinya didatangi Menteri Sosial Tri Rismaharini di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (4/1).
"Iya itu saya, waktu Senin, ketemu orang pakai baju putih (Risma) di Jalan Sudirman," kata Nursaman kepada CNNIndonesia.com, Kamis (7/1).
Dalam rilis resmi Kemensos, tak ada tunawisma bernama Nursaman yang ditemui Risma. Saat itu, Risma menemui gelandangan bernama Faisal, Kastubi, dan Fitri.
Nursaman menegaskan bahwa namanya bukanlah Kastubi. Dalam foto Kemensos, sosok yang disebut Kastubi mirip dengan Nursaman.
Namun, Nursaman tak menjawab banyak saat ditanya soal pertemuannya dengan Risma pada Senin lalu.
Sementara itu, beberapa orang di sekitar lokasi bahkan mengingatkan Nursaman untuk tak langsung mengakui foto tersebut.
"Jangan iya-iya aja lu, ini bukan mau dikasih uang, liat baik-baik itu di foto, lu apa bukan," kata seorang juru parkir kepada Nursaman.
Nursaman hanya mengatakan dirinya menolak dibawa ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis "Pangudi Luhur", Bekasi.
"Enggak mau dibawa ke Bekasi. Seenaknya di kampung orang, saya enggak mau," ujarnya.
Ia kemudian tidak lagi menjawab pertanyaan apapun yang diajukan CNNIndonesia.com.
Aksi blusukan Risma menuai banyak pertanyaan dari masyarakat, khususnya warga Ibu Kota. Pasalnya, Risma menemukan gelandangan di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, yang diketahui steril dari tunawisma.
Dalam aksinya hari itu, Risma menemukan tiga orang Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), yakni Faisal, Kastubi, dan Fitri.
Salah satu di antaranya, yaitu Kastubi yang disebut mirip dengan seorang penjual poster Soekarno di kawasan Pasar Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan.
Pengakuan Warga Sekitar
CNNIndonesia.com mencoba mendatangi lapak penjual poster Soekarno tersebut pada Kamis (7/1). Doni Beka (60) adalah sosok menjual poster Soekarno sejak 1973.
Doni mengaku sehari-hari hanya menjual poster di Pasar Minangkabau. Ia membantah jika disebut sebagai sosok tunawisma yang ditemui Risma di kawasan Thamrin.
Doni mengatakan Nursaman bukan penjual poster Soekarno seperti yang disebut di media sosial. Menurutnya, Nursaman hanya sekedar membantu dirinya.
"Dia bukan jual poster Soekarno, dia memang suka bantu-bantu saja, asal dikasih uang dia mau bantu," ujarnya.
Doni menyebut Nursaman juga sering membantu jual es kelapa muda di sebelah tokonya. Nursaman juga sering membantu menambal ban jika dibutuhkan. Lapak tambal ban juga bersebelahan dengan toko milik Doni.
Sementara pemilik es kelapa muda, Iin (60) mengatakan Nursaman memang sering membantu dirinya berjualan. Iin menyebut Nursaman selalu mau diminta tolong asal dibayar.
"Dia mah asal dibayar mau bantuin, biasanya bantuin di sini, bantuin buka kelapa, apa nambal ban," sambung Iin.
Nursaman juga dikenal mulai pikun lantaran usianya yang sudah lanjut. Beberapa warga sekitar bahkan memanggil Nursaman 'malaikat' lantaran rambutnya yang memutih.
"Oh, Pak Nur, dipanggilnya malaikat kalau di sini, tapi gitu, kadang suka lupa-lupa kalau ditanyain," kata seorang warga saat ditunjukkan foto blusukan Risma.
Bukan Tunawisma
Warga sekitar lain yang enggan disebut namanya bercerita sering melihat Nursaman di lapak es kelapa muda milik Iin.
Ia menyatakan bahwa Nursaman bukanlah seorang tunawisma. Tidak diketahui jelas dari mana asal Nursaman, tapi dirinya sering terlihat menetap di rumah Iin.
Nursaman juga dulunya adalah seorang supir bajaj yang suka mangkal di sekitar Pasar Minangkabau. Menurut Andi, saat ini Nursaman bekerja serabutan.
"Dulu Pak Nur itu supir bajaj, suka diem di Pasar Minangkabau, sekarang udah enggak pernah lihat bawa bajaj lagi, tapi kalau diminta bantuin apa dia mau asal dikasih uang," ujarnya. []