DEMOKRASI.CO.ID - Pegiat media sosial Permadi Arya atau akrab disapa Abu Janda menanyakan kapasitas seorang mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai yang juga merupakan orang asli Papua.
Tak hanya itu, Abu Janda juga menyerang kondisi fisik dari Aktivis HAM Papua tersebut.
“Kau Natalius Pigai apa kapasitas kau? sudah selesai evolusi belom kau?,” tulis Abu Janda.
Menanggapi hal tersebut, mantan dosen Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung terlihat geram walaupun malas menanggapi orang semacam itu.
"Kalau secara moral saya gak layani orang yang dangkal semacam itu," ucapnya seperti dikutip dari kanal YouTube resminya, Kamis, 7 Januari 2021.
Namun satu hal yang ingin disorotinya, dalam berpolitik seharusnya Abu Janda bisa memakai argumentasi yang berdasarkan kekuatan logika.
"Di dalam pertandingan politik, orang memakai argumentasi untuk membatalkan pikiran orang lain dengan kekuatan logika, kekuatan argumentasi, bukan dengan kekuatan olok-olok," tuturnya.
Menurutnya mereka yang membalas sebuah pikiran dengan mengolok-olok justru adalah yang gagal dalam berevolusi.
"Itu justru pertanda dari gagal-nya evolusi dalam pikirannya itu," ucapnya.
"Kasus tadi itu, buktinya si Permadi tidak mampu berpikir, pertama dia gak tahu apa itu teori evolusi, kedua dia gak sanggup untuk membantah pikiran Natalius Pigai, itu soalnya," katanya.
Rocky Gerung menilai, hinaan fisik yang dilontarkan Abu Janda kepada Natalius Pigai sudah termasuk ke dalam ruang lingkup rasisme.
"Ini kan olok-olok yang kasar berkaitan dengan rasisme, ini betul-betul olok-olok yang dangkal," tuturnya.
"Jadi terlihat sebetulnya mereka yang berpolitik dengan akal yang terbatas, selalu jatuh pada kemampuan menghina," katanya.
Selaku sahabatnya, Rocky Gerung mengaku bahwa ini bukan pertama kalinya bagi Natalius Pigai mendapatkan hinaan semacam ini.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa Natalius Pigai selalu bersikap biasa-biasa saja, santai dan tenang menelan hinaan tersebut.
Justru menurutnya, yang berbahaya dari hinaan Abu Janda tersebut adalah jika hal tersebut sampai di komunitas Natalius Pigai di Papua.
"Yang berbahaya adalah sinyal ini kemudian tiba di komunitas Pigai di Papua, yang justru sedang mengalami deprivasi dengan NKRI itu, kan ada krisis Papua hari ini," ucapnya.
Oleh karena itu Rocky Gerung menegaskan bahwa tindakan Abu Janda tersebut telah menggagalkan upaya-upaya kemanusiaan baik dari Indonesia dan Internasional untuk berangkulan dengan saudara-saudara di Papua.
"Jadi seluruh fasilitas yang disediakan oleh kemanusiaan untuk berangkulan dengan saudara-saudara di Papua, berupaya untuk memahami problem mereka ini justru dibatalkan oleh si dungu tadi," tuturnya.
Ia juga menyampaikan bahwa jika penghinaan ini tidak ditindak secara hukum, berarti pemerintah mendukung ucapan Abu Janda tersebut.
"Makhluk tadi itu kan dikenal sebagai buzzer dan ini kan sebenarnya sudah kelewatan jika sampai kemudian tidak ada tindakan hukum," ucapnya.
Baca Juga: Sebut Fadli Zon 'Blusukan' ke Akun 'Dewasa', Dewi Tanjung: Gak Beda Jauh Sama Rizieq
"Ini kan semakin menegaskan betapa orang-orang semacam ini dilindungi dan kemudian kalau diterima oleh komunitasnya Pigai di Papua ini akan menafsirkan bahwa memang pemerintah ikut juga menghina orang Papua," katanya.
Maka dari itu Rocky Gerung berkesimpulan bahwa kejadian yang terjadi di Indonesia saat ini adalah sebuah kekonyolan yang luar biasa.
Karena di lain sisi Papua selalu diminta untuk bergabung dengan NKRI, sementara di saat yang sama buzzer-nya justru menghina dengan cara yang betul-betul dahsyat.
Sebelumnya, Natalius Pigai juga sudah menjawab komentar Abu Janda yang dinilai telah menyerang fisiknya.
Menurutnya, sudah menjadi risiko bagi dirinya mendapat serangan dan hinaan, sebab selama ini dia membela umat Islam yang teraniaya.
“Bro Moti itu risiko dari keputusan kita membela umat Islam yang teraniaya, rakyat dan orang-orang lemah yang membutuhkan pertolongan karena kekuasaan yang tiran,” tulis Pigai
Dia menyampaikan bahwa sikap kritisnya terhadap pemerintah merupakan jalan terjal demi tegaknya HAM dan perdamaian.
“Kita juga pemimpin negara dan sudah memilih jalan terjal demi tegaknya demokrasi, HAM, perdamaian dan keadilan,” tuturnya.***